Menurut dongeng, dahulu kala di Tanzania hidup seorang guru. Ia sangat dihormati murid-muridnya. Guru Goso namanya. Ia populer sangat bijaksana. Ia memperlihatkan pelajaran pada murid-muridnya dengan penuh kesabaran. Di suatu hari, menyerupai biasanya Guru Goso memperlihatkan pelajaran pada murid-muridnya di bawah sebuah pohon kelapa. Tiba-tiba jatuh satu buah kelapa mengenai kepala Guru Goso. Akibatnya, ketika itu juga ia jatuh pingsan.
Melihat guru mereka jatuh pingsan, murid-muridnya panik. Mereka segera membawa guru mereka ke dalam rumah. Beberapa orang dari murid-murid Guru Goso berbisnis mencari tahu siapa yg menjatuhkan buah kelapa tersebut. Mereka mengira anginlah pelsayanya. “Ini niscaya perbuatan angin. Ia bertiup sangat kencang sampai menjadikan buah kelapa jatuh.” kata salah seorang murid.
Mendengar perkataan murid tesebut, angin menjawab, “Bukan Aku pelsayanya. Aku tidak sekuat yg kalian kira. Jika Aku menabrak gunung, Aku akan berhenti bertiup. Gunung lebih berpengaruh dari Aku.”
Para murid mengiyakan tanggapan angin, kemudian mendatangi gunung. Mereka menyalahkan gunung atas jatuhnya buah kelapa. Mendapat tuduhan itu, gunung pun membantah, “Aku tak sekuat yg kalian kira. Tikus lebih berpengaruh dariku. Ia bisa mem.buat lubang di tubuhku.”
Para murid membenarkan tanggapan gunung. Mereka lantas mendatangi tikus. “Aku tak bisa menjatuhkan buah kelapa. Aku mem.buat lubang di gunung untuk menghindari kucing. Makara kucing lebih berpengaruh dariku.” tikus beralasan bahwa bukan ia pelsayanya.
Murid-murid Guru Goso lantas mendatangi kucing, namun kucing pun membantah sudah menjatuhkan buah kelapa. “Bagaimana mungkin Aku bis,a menjatuhkan buah kelapa? Naik pohon kelapa saja Aku tak mampu. Hanya bajing yg bakir memanjat pohon kelapa.” jawab kucing.
Murid-murid Guru Goso pun membenarkan tanggapan kucing. Mereka tahu bajing bisa memanjat pohon kelapa. Mereka lantas ramai-ramai mendatangi sarang tupai. Menghadapi tuduhan murid-murid Guru Goso, bajing tak bis,a mengelak. Tupai mengsayai bahwa ia pelsayanya. “Maaf, sebab kecerobohanku, guru kalian menjadi pingsan. Mulai ketika ini Aku akan berhati-hati bila memanjat pohon kelapa.”
Murid-murid Guru Goso kemudian memaafkan tupai. Mereka meminta semoga bajing lebih berhati-hati bila sedang memanjat pohon kelapa. Sejak ketika itu bajing menjadi berhati-hati bila mengambil buah kelapa.
Referensi:
Jika anda menyukai kisah anak ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga dongeng anak lainnya:Referensi:
- Damayanti, Astri, 2014, Dongeng Klasik 5 Benua, Jakarta: Penerbit Bestari Buana Murni.
- Asal Mula Kelompen, kisah anak Belanda
- Putri Tidur, kisah anak Prancis
- Rusa Bermata Biru, kisah anak Amerika
- Putri Duyung Sirena, kisah anak Guam
- Menimbang Gajah, kisah anak Tiongkok
- Asal Mula Rodeo, kisah anak Amerika
- Raja Bertanduk, kisah anak Filipina
- Pemburu dan Burung Snipe, kisah anak Norwegia
- Air Mata Putri Tislet, kisah anak Maroko
- Pemburu dan Gorila, kisah anak Kongo
- Kisah Momotaro, kisah anak Jepang
- Asal Mula Danau Narran, kisah anak Australia
- Kisah Alibaba, kisah anak Iran
- Asal Mula Pohon Kelapa, kisah anak Chamorro
- Pohon Kacang Ajaib, kisah anak Inggris
- Murid-Murid Guru Gampar, kisah anak Malaysia
- Khek Dan Keledai, kisah anak Kamboja
- Ikan Untuk Raja, kisah anak Irak
- Asal Mula Singapura, kisah anak Singapura
- Penyebab Air Laut Asin, kisah anak Korea
- Guru Goso, kisah anak Tanzania
- Beruang Menari, kisah anak Jerman
- Urashima Taro, kisah anak Jepang
- Matahari dan Angin, kisah anak Amerika
- Berebut Kue, kisah anak Nigeria
- Tigran dan Ikan Kecil, kisah anak Armenia
- Si Kepala Tebal, kisah anak Kanada
- Pelikan Desa Kabrau, kisah anak Afrika Tengah