“Indahnya bulu-bulu merak ini. Aku akan mengenakan bulu-bulu merak ini biar terlihat lebih cantik. Dengan tips ini aku bis,a berkawan dengan kawanan burung merak.” Si burung gagak kemudian mengenakan rontokan bulu merak tersebut ke tubuhnya. Ia kemudian terbang mencari kawanan burung merak. Tidak cukup usang kemudian si burung gagak berhasil menemukan daerah tinggal kawanan burung merak.
Mulailah si burung gagak tinggal tolong-menolong kawanan burung merak. Awalnya si gagak sanggup diterima dengan baik oleh kawanan burung merak namun, lambat laun kawanan tersebut mulai kesal dengan kesombongan si gagak. Mereka kemudian menjauhi si gagak. Tidak cukup usang kemudian, kawanan burung merak akhirnya menyadari bahwa si sombong hanyalah seekor burung gagak yg menyamar menjadi seekor burung merak. Maka kawanan burung merak tersebut mengusirnya. “Ternyata Engkau hanyalah seekor burung gagak yg menyamar menjadi merak. Pergilah Engkau dari sini. Engkau tidak pantas tinggal bersama kita.”
Terang saja si gagak merasa murka dengan pengusiran oleh kawanan merak. Tidak punya pilihan lain, maka pergilah si gagak untuk kembali berkumpul dengan kawanan gagak, burung sebangsanya. Tapi sayg, di badan si gagak masih melekat bulu-bulu merak, kesannya kawanan gagak tidak mau mendapatkan kehadirannya alasannya yakni disangka sebagai burung merak. “Siapakah kau hai burung merak? Tempatmu bukan disini, pergilah jauh-jauh dari daerah kita!”
Marah, kesal, sekaligus murung bergejolak dalam dada si gagak. Karena tidak memiliki teman, ia merasa hidupnya tidak berarti. Akhirnya, si gagak yg frustasi berbisnis mengakhiri hidupnya dengan tips menceburkan diri ke dalam lubuk. Tenggelam di dalam lubuk, akhirnya matilah si gagak yg sombong.
Demikianlah selesai dongeng si burung gagak yg sombong, sebuah cerita rakyat Jawa Timur wacana seekor burung gagak sombong dan tidak pernah mensyukuri dengan apa yg ia miliki sampai hidupnya berakhir tragis.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
- Inu Kertapati
- Asal Usul Kota Banyuwangi
- Keong Emas
- Damar Wulan Dan Menakjingga
- Cindelaras
- Joko Dolog
- Asal Usul Nama Surabaya
- Aryo Menak
- Burung Gagak yg sombong
- Buah Jeruk Emas
- Asal Mula Ayam Hutan
- Orang desa Tingan dihentikan berjodohan dengan orang desa Kapal
- Kyai Bonten dan Ki Jalono
- Irapati dan Seekor Buaya
- Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
- Asal Mula Kata Babah
- Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
- Burung Gelatik dan Burung Betet
- Asal mula mengapa sungai berkelok-kelok
- Sandhekala
- Hai hai aku sudah tahu
- Pak Mendong dan Mbok Mendong
- Paduan Nama yg Baik
- Benda Ajaibnya Kucing
- Menantu Pak Kyai