Cerita Asal Mula Nama Bengkulu


Saat Ratu Agung wafat, Pangeran Anak Dalam Muara Bengkulu dinobatkan sebagai penggantinya. Ia kemudian memerintah Kerajaan Serut dengan adil bijaksana melanjutkan keadilan ayahandanya. Di bawah kepemimpinannya, perdagangan Kerajaan Serut menjadi berkembang pesat.

Pangeran Kerajaan Aceh Ingin Mecukup lamar Putri Gading Cempaka

Seiring berjalannya waktu, adik bungsu Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, adalah Putri Gading Cempaka, tumbuh menjadi seorang gadis bagus jelita. Telah banyak para pangeran juga saudagar kaya ingin mempersuntingnya.

Kecantikan Putri Gading Cempaka diketahui pula oleh seorang Pangeran dari Kerajaan Aceh. Sang Pangeran segera mengirim utusan ke Kerajaan Serut untuk memberikan impian Pangeran Aceh mecukup lamar Putri Gading Cempaka. Keinginan Sang Pangeran untuk mecukup lamar ditolak halus oleh Raja Anak Dalam Muara Bengkulu.

Sesudah mengetahui keinginannya mecukup lamar ditolak oleh Raja Anak Dalam, Sang Pangeran Aceh merasa sangat tersinggung. Ia murka bukan main. Ia kemudian meminta Kerajaan Aceh untuk menyerang Kerajaan Serut. Tak cukup usang kemudian Kerajaan Aceh mengirimkan pasukan setips besar-besaran memakai kapal-kapal perang.

Perang Kerajaan Aceh Dengan Kerajaan Serut

Raja Anak Dalam Muara Bengkulu mengetahui rencana penyerangan tersebut. Ia segera menyiapkan siasat khusus untuk menghadapi pasukan Kerajaan Aceh. Ia mengetahui bahwa Kerajaan Aceh mempunyai pasukan kuat. Kerajaan Aceh populer sulit untuk dikalahkan. Ia memerintahkan pasukannya untuk menebang pohon-pohon. Batang-batang kayu pohon tersebut kemudian dilemparkan ke sungai semoga bis,a menghalangi gerak kapal pasukan Kerajaan Aceh.

Pasukan Kerajaan Serut segera bekerja keras menebangi pohon, kemudian menghanyutkan batang-batang pohon tersebut ke sungai. Sementara sebagian pasukan lain berjaga-jaga untuk menghadapi serangan pasukan Kerajaan Aceh. Sudah tak terhitung berapa banyaknya kayu-kayu pohon hanyut sampai memenuhi sungai.

Saat pasukan Kerajaan Aceh datang disungai untuk menuju Kerajaan Serut, mereka terkejut mendapati banyaknya batang-batang pohon hanyut dari arah hulu sungai menghalangi kapal-kapal mereka. Susah payah mereka berbisnis menghindari kayu-kayu yg sangat menghambat perjalanan mereka. Untuk menghindari kayu-kayu tersebut, beberapa prajurit berteriak, “Empang ka hulu! Empang ka hulu!”. Akhirnya setelah bekerja keras, kapal-kapal pasukan Kerajaan Aceh berhasil melaju. Mereka mendarat di sebuah kaki bukit.

Para prajurit Kerajaan Aceh melompat ke daratan dari kapal-kapal mereka. Para prajurit Aceh segera disambut oleh serangan pasukan Kerajaan Serut yg memang sudah menunggu. Maka terjadilah peperangan ahli antara kedua pasukan. Dengan siasat akil Raja Anak Dalam Muara Bengkulu, kehebatan pasukan Kerajaan Aceh, bisa diimbangi oleh pasukan Kerajaan Serut. Cukup cukup usang peperangan tersebut berlangsung tanpa ada gejala pasukan mana akan unggul dan pasukan mana akan kalah. Sudah banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak namun, kedua kekuatan tampak seimbang.

Melihat peperangan tidak berkesudahan tersebut, Raja Anak Dalam Muara Bengkulu merasa sedih. Ia tidak mampu melihat begitu banyak korban berjatuhan. Akhirnya dengan diiringi oleh keenam adiknya, kerabat keluarga kerajaan, dan beberapa pengikut setianya, Raja Anak Dalam Muara Bengkulu kemudian pergi ke Gunung Bungkuk. Mereka tinggal di gunung tersebut sampai peperangan berakhir.

Empang Ka Hulu Asal Mula Nama Bengkulu

Karena tidak ada gejala pasukan mana akan menang, hasilnya peperangan itupun berakhir sendirinya. Kedua belah pihak setuju untuk berdamai, tidak melanjutkan peperangan. Meskipun peperangan sudah berakhir, namun Raja Anak Dalam bedan keenam adik dan pengikut setianya tetap tinggal di Gunung Bungkuk.

Sejak peperangan dahsyat tersebut, wilayah Kerajaan Serut kemudian berubah penyebutan namanya. Mulai dari teriakan para prajurit Kerajaan Aceh, Empang Ka Hulu, berkembang menjadi Pangkahulu, berubah lagi menjadi Bangkahulu dan hasilnya seiring berjalannya waktu, sekarang kita mengenalnya dengan nama Bengkulu.

Referensi:
  1. Prahana, Naim Emel. 1988. Dari Bengkulu 2, Jakarta: Grasindo
  2. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  3. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Bengkulu lainnya:
  1. Ular Ndaung Dan Si Bungsu
  2. Ular Kepala Tujuh
  3. Keramat Riak
  4. Asal Usul Pagar Dewa
  5. Bunda Sejati
  6. Putri Gading Cempaka
  7. Batu Amparan Gading
  8. Batu Kuyung
  9. Bujang Awang Tabuang
  10. Asal Mula Nama Bengkulu 
  11. Putri Serindang Bulan

Subscribe to receive free email updates: