Di bawah pengasuhan ibunya, ditemani oleh harimau dan sepasang kera, Bujang Awang Tabuang tumbuh menjadi seorang perjaka gagah, tampan, tangguh lagi sakti. Waktu terus bergulir sampai Bujang Awang Tabuang mencapai umur tujuh belas tahun. Ibunya selalu berdusta padanya, tiap kali Bujang bertanya perihal siapa ayahnya. Ibunya akan menyampaikan bahwa ayahanda Bujang ialah seorang Dewa.
Namun sekarang Bujang sudah menjadi seorang perjaka dewasa. Sang Permaisuri merasa sudah waktunya Bujang mengetahui siapa ayah kandungnya. Putri Rimas Bangesu akibatnya menyampaikan bahwa Raja Kramo Kratu Agung ialah ayah kandungya. Ia juga menceritakan insiden yg menimpa dirinya diasingkan dari istana.
Mengetahui hal tersebut, Bujang meminta izin ibunya untuk pergi ke istana Kerajaan peremban Panas mencari ayahandanya. Walaupun merasa berat hati, namun Putri Rimas Bangesu tetap mengizinkan. “Berhati-hatilah engkau Bujang. Sebis,a mungkin hindari pertengkaran atau perkelahian dalam perjalanmu nanti. Ibu akan terus mendoakanmu.” kata Sang Ibunda.
Bujang Berangkat Ke Istana Mencari Ayahandanya
Keesokan harinya Bujang Awang Tabuang berangkat menuju istana Kerajaan Peremban Panas. Dari hutan rimba ia berjalan kaki seorang diri secukup usang berhari-hari. Setiap bertemu penduduk, ia akan bertanya kemana arah istana Kerajaan Peremban Panas. Akhirnya Bujang tiba juga di istana Kerajaan Peremban Panas.
Setibanya di gerbang istana, Bujang pribadi masuk begitu saja ke dalam istana. Tingkah lsayanya mem.buat penjaga istana berbisnis menghentikannya. “Saya ingin menemui Raja Kramo Kratu Agung.” kata Bujang kepada para penjaga gerbang istana.
“Tidak bis,a kamu seenak perutmu masuk ke istana begitu saja. Yang Mulia Raja Kramo Kratu Agung tidak bis,a diganggu. Beliau hendak menikahi Putri Rambut Perak dari Kerajaan Pinang Jarang.” kata para penjaga.
Bujang Membuat Kekacauan Di Istana Kerajaan Peremban Panas
Namun Bujang tetap memaksa masuk sehingga mem.buat para penjaga terpaksa mengusirnya. Tidak terima diusir, Bujang melawan para penjaga. Akibatnya tejadi perkelahian diantara mereka. Bujang Awang Tabuang nampaknya terlalu tangguh bagi para penjaga gerbang istana. Ketika tiba prajurit lainnya untuk mengeroyok Bujang, dengan mudahnya Bujang mengalahkan mereka semua. Para prajurit akibatnya berlarian menjauhi Bujang. Sebagian diantara prajurit segera melaporkannya pada Patih Kerajaan.
Karena merasa kelelahan sehabis perjalanan jauh, Bujang kemudian tidur di bawah pohon alun-alun istana. Suara dengkurnya terdengar begitu keras sampai mem.buat istana kerajaan bergetar bagaikan terkena gempa bumi. Getaran menyerupai gempa bumi, mem.buat seisi istana gempar.
Raden Tumenggung, Patih Kerajaan Peremban Panas segera keluar mencari biang keladi kekacauan tersebut. Ia mendapati Bujang Awang Tabuang sedang tidur mendengkur di bawah pohon alun-alun istana. “Hai gembel bangun! Jangan buat kekacauan di istana Kerajaan. Apa maksudmu mem.buat kekacauan!” teriak Raden Tumenggung kasar.
Bujang terbangun, kemudian ia berjalan ke dalam istana mencari Raja Kramo Kratu Agung. Ia sama sekali tak memperdulikan Raden Tumenggung. Melihat perilaku kurang ajarnya, Raden Tumenggung tanpa basa-basi pribadi menyerang Bujang. Terjadilah perkelahian diantara keduanya. Lagi-lagi Bujang menyampaikan ketangguhannya dalam bertarung. Dalam waktu singkat ia bisa mengalahkan Raden Tumenggung.
Bujang Awang Tabuang lantas memasuki istana. Di dalam istana ia mengamuk menghancurkan apa saja yg ada di depannya. Para prajurit istana dibentuk kocar-kacir tidak bisa menghadapinya. Raja Kramo Kratu Agung akibatnya turun tangan pribadi menghadapi sang perjaka pengacau. Keduanya bertarung sengit secukup usang satu hari satu malam. Keduanya belum mengetahui bahwa mereka berdua ialah ayah dan anak. Karena tidak ada gejala siapa akan menang dan siapa akan kalah, Raja Kramo Kratu Agung akibatnya meminta Bujang untuk menghentikan pertarungan tersebut.
“Sudahlah hai anak muda. Nampaknya pertarungan kita tidak akan pernah selesai. Siapakah dirimu berani mem.buat kekacauan di istana? Aku Raja Kramo Kratu Agung. Katakan apa keperluanmu?” kata Sang Raja.
Bujang Akhirnya Bertemu Ayahandanya
Bujang merasa kaget bahwa ternyata lawan tarungnya ialah ayahanda yg ia cari. “Maaf Paduka Raja. Hamba ialah Bujang Awang Tabuang, putra dari Putri Rimas Bangesu. Sewaktu ibunda diasingkan ke hutan rimba, gotong royong ibunda tengah mengandung Hamba.” kata Bujang.
“Jadi engkau ialah anakku wahai anak muda?” kata Sang Raja.
“Benar ayahanda. Sekarang ibunda masih di hutan.” kata Bujang.
Raja Kramo Kratu Agung segera memeluk anaknya. Ia meminta maaf sudah mengasingkan dan menyiakan-nyiakan ibunya. Raja mengsaya tidak tahu bahwa Putri Rimas Bangesu dikala diasingkan tengah mengandung. Sang Raja kemudian membatalkan pernikahannya dengan Putri Rambut Perak.
Putri Rimas Bangesu Kembali Ke Istana
Keesokan harinya, Sang Raja bersama Bujang Awang Tabuang bedan para prajurit pergi ke hutan kawasan pengasingan Putri Rimas Bangesu untuk menjemputnya. Maka bertemulah kembali Raja Karmo Kratu Agung dengan istrinya Putri Rimas Bangesu. Keduanya berpelukan sambil menangis. Sang Raja kemudian membawa kembali istrinya ke istana Kerajaan Peremban Panas, menaiki kereta indah.
Akhirnya Bujang Awang Tabuang hidup berbahagia bersama kedua orang tuanya di istana Kerajaan Peremban Panas. Meski sudah tinggal di istana, Bujang Awang Tabuang tidak melupakan harimau dan monyet yg sudah menemaninya semenjak kecil. Bujang kerap mengunjungi mereka dihutan. Ia biasa bercengkrama dengan mereka menyerupai dikala ia kecil dahulu.
Referensi:
- Prahana, Naim Emel. 1988. Dari Bengkulu 2, Jakarta: Grasindo
- Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
- Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Bengkulu lainnya:
- Ular Ndaung Dan Si Bungsu
- Ular Kepala Tujuh
- Keramat Riak
- Asal Usul Pagar Dewa
- Bunda Sejati
- Putri Gading Cempaka
- Batu Amparan Gading
- Batu Kuyung
- Bujang Awang Tabuang
- Asal Mula Nama Bengkulu
- Putri Serindang Bulan