Cerita Legenda Ular Kepala Tujuh, Dongeng Bengkulu

 putra bungsu Raja Bikau Bermano mengalahkan Ular Kepala Tujuh penunggu Danau Tes Cerita Legenda Ular Kepala Tujuh, Cerita Bengkulu
Legenda Ular Kepala Tujuh merupakan ular kepala tujuh.” kata Raja Bikau Bermano.

“Mohon ampun, Ayahanda. Izinkanlah Ananda pergi membebaskan kakak Gajah Meram dan calon istrinya.” sahut Gajah Merik, putra bungsu raja.

Semua orang di istana merasa terkejut, sebab Pangeran Gajah Merik gres berusia 13 tahun. Raja Bikau Bermano tentu saja tidak menyetujui usul putra bungsunya. Ia tak ingin kehilangan putranya yg lain. Namun Gajah Merik tetap memaksa dengan menyampaikan bahwa semenjak ia berusia 10 tahun, hampir tiap malam ia bermimpi didatangi oleh seorang kakek yg mengajarinya ilmu kesaktian.

“Baiklah putrsaya tercinta Gajah Merik. Besok engkau boleh pergi ke danau Tes untuk membebaskan abangmu. Tapi sebelumnya engkau harus terlebih dahulu pergi bertapa di Tepat Topes guna memperoleh senjata pusaka.” ujar sang Raja.

“Baik Ayahanda.” jawab Gajah Merik.

Gajah Merik Pergi Membebaskan Gajah Meram

Keesokan harinya, berangkatlah Gajah Merik ke Tepat Topes untuk bertapa. Tempat itu terletak di antara ibu kota Kerajaan Suka Negeri dengan sebuah kampung baru. Secukup usang tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik bertapa dengan penuh konsentrasi, tidak makan minum. Usai melakukan pertapaanya, Gajah Merik karenanya berhasil memperoleh senjata pusaka berupa sebilah keris dan sehelai selendang. Keris pusaka itu bisa mem.buat jalan di dalam air sehingga sanggup dilewati tanpa harus menyelam. Sementara selendang sakti, sanggup berubah wujud menjadi sebuah pedang.

Selanjutnya, Gajah Merik kembali pulang ke istana dengan membawa kedua senjata pusakanya. Saat tiba di kampung Telang Macang, ia melihat beberapa prajurit kerajaan tengah menjaga kawasan perbatasan Kerajaan Kutei Rukam dengan Kerajaan Suka Negeri. Karena tidak ingin terlihat oleh para prajurit, Gajah Merik eksklusif terjun ke dalam Sungai Air Ketahun menuju Danau Tes sambil memegang keris pusakanya. Gajah Merik merasa heran sebab tak sedikit pun ia tersentuh oleh air sungai.

Awalnya Gajah Merik berniat hendak kembali ke istana terlebih dahulu, namun ketika melewati Danau Tes, ia berubah pikiran untuk segera mencari si Raja Ular. Gajah Merik kemudian menyelam sampai ke dasar danau. Tak berapa cukup lama, ia berhasil menemukan tempat persembunyian Raja Ular sakti. Gajah Merik melihat sebuah gapura di depan ekspresi gua besar. Saat akan memasuki ekspresi gua, tiba-tiba ia dihadang oleh dua ekor ular besar.

Gajah Merik Bertarung Melawan Ular Kepala Tujuh

“Hai, manusia! Kamu siapa? Berani sekali kau masuk ke sini!” teriak seekor ular.

“Namsaya Gajah Merik. Aku hendak membebaskan abangku, Gajah Meram.” jawab Gajah Merik.

“Kamu dihentikan masuk!” cegat ular itu.

Gajah Merik tentu saja tetap menerobos masuk. Akibatnya terjadilah perkelahian sengit antara Gajah Merik dengan kedua ular tersebut. Sesudah beberapa cukup usang mereka bertarung, kedua ular tersebut karenanya berhasil dikalahkan oleh Gajah Merik.

Selanjutnya Gajah Merik terus menyusuri lorong gua sampai masuk ke dalam. Setiap melewati pintu, ia selalu dihadang oleh dua ekor ular besar. Namun, Gajah Merik selalu memenangkan pertarungan. Ketika hendak melewati pintu ketujuh, tiba-tiba Gajah Merik mendengar bunyi tawa ular terbahak-bahak.

“Hei, Raja Ular jelek. Keluarlah hadapi Aku bila kau berani! Aku Gajah Merik, putra Raja Bikau Bermano dari Kerajaan Kutei Rukam. Lepaskan abangku bedan calon istrinya, atau Aku hancurkan istana ini!” seru Gajah Merik.

Merasa ditantang, sang Raja Ular pun mendesis. Desisannya mengeluarkan kepulan asap. Beberapa dikala kemudian, kepulan asap itu berubah menjadi menjadi seekor ular raksasa. Si Raja Ular menyampaikan bahwa ia bersedia membebaskan Gajah Meram dengan syarat, Gajah Merik bisa menghidupkan kembali para ular pengawal yg ia bunuh dan Gajah Merik juga harus mempu mengalahkan Si Raja Ular Sakti.

Dengan kesaktian yg diperoleh dari kakek di dalam mimpinya, Gajah Merik segera mengusap satu per satu mata ular-ular yg sudah dibunuhnya sambil membaca mantra. Dalam waktu sekejap, ular-ular tersebut hidup kembali.

Raja Ular terkejut melihat kesaktian anak kecil itu. “Sekarang lawanlah Aku. Tunjukkanlah kesaktianmu, kalau kau berani!” jawab Ular Sakti Kepala Tujuh.

Tanpa berpikir panjang, Raja Ular eksklusif mengibaskan ekornya ke arah Gajah Merik. Gajah Merik yg sudah siap segera berkelit dengan lincahnya, sehingga terhindar dari kibasan ekor Raja Ular. Pertarungan sengit pun terjadi. Keduanya silih berganti menyerang dengan mengeluarkan jurus-jurus sakti masing-masing. Perkelahian antara insan dengan hewan itu berjalan seimbang.

Gajah Merik Berhasil Mengalahkan Ular Sakti Kepala Tujuh

Sudah lima hari lima malam keduanya, namun belum ada salah satu yg terkalahkan. Ketika memasuki hari keenam, Raja Ular mulai kelelahan. Ia hampir kehabis,an tenaga. Kesempatan tersebut tak disia-siakan oleh Gajah Merik. Ia terus menyerang sampai karenanya Raja Ular sakti terdesak. Di dikala yg tepat, Gajah Merik segera menusukkan selendangnya yg sudah berubah menjadi menjadi pedang ke arah perut Raja Ular.

“Aduuuhh… sakiiit!” Raja Ular menjerit rasa sakit.

Melihat Raja Ular sudah tak berdaya, Gajah Merik mundur beberapa langkah untuk berjaga-jaga siapa tahu raja ular sakti tiba-tiba kembali menyerangnya. “Kamu memang hebat, anak kecil! Aku mengsaya kalah,” kata Raja Ular. Mendengar pengsayaan Raja Ular Sakti, Gajah Merik segera membebaskan abangnya dan Putri Jinggai yg dikurung dalam sebuah ruangan.

Sementara di istana, Raja Bikau Bermano merasa. Sudah dua ahad Gajah Merik belum juga kembali dari pertapaannya. Oleh karenanya, sang Raja memerintahkan beberapa hulubalang untuk menyusul Gajah Merik di Tepat Topes. Namun, belum juga para hulubalang berangkat ke pertapaan Tepat Topes, tiba-tiba salah seorang hulubalang yg ditugaskan menjaga tempat pemandian di tepi Danau Tes tiba dengan tergesa-gesa, mengabarkan bahwa Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai sudah kembali dengan secukup lamat.

“Ampun, Baginda! Kami yg sedang berjaga-jaga di danau itu juga terkejut, tiba-tiba Gajah Merik muncul dari dalam danau bersama Gajah Meram dan Putri Jinggai. Rupanya, seusai bertapa secukup usang tujuh hari tujuh malam, Gajah Merik eksklusif menuju ke istana Raja Ular dan berhasil membebaskan Gajah Meram dan Putri Jinggai.” hulubalang menjelaskan.

Tak berapa cukup lama, Gajah Merik, Gajah Meram, dan Putri Jinggai tiba di istana dikawal beberapa hulubalang penjaga Danau Tes. Kedatangan mereka disambut bangga oleh sang Raja bedan seluruh keluarga istana. Kabar kembalinya Gajah Meram dan keperkasaan Gajah Merik menyebar ke seluruh pelosok negeri. Selanjutnya, sang Raja mengadakan pesta secukup usang tujuh hari tujuh malam.

Gajah Merik Diangkat Menjadi Raja Kerajaan Kutei Rukam

Sesudah itu, sang Raja menyerahkan tahta kerajaan kepada Gajah Meram. Namun, Gajah Meram menolak mendapatkan tahta Kerajaan Kutei Rukam. Ia malah menganjurkan Raja untuk menyerahkan tahta kerajaan pada Gajah Merik. Sesudah didesak, karenanya Gajah Merik bersedia mendapatkan tahta kerajaan Kutei Rukam dengan syarat ia boleh mengangkat Raja Ular bedan para pengikutnya yg sudah ia taklukan menjadi hulubalang Kerajaan Kutei Rukam. Permintaan Gajah Merik dikabulkan oleh sang Raja. Akhirnya, Raja Ular yg sudah ditaklukkannya diangkat menjadi hulubalang Kerajaan Kutei Rukam.

Referensi:

  1. Prahana, Naim Emel. 1988. Dari Bengkulu 2, Jakarta: Grasindo
  2. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  3. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Bengkulu lainnya:
  1. Ular Ndaung Dan Si Bungsu
  2. Ular Kepala Tujuh 
  3. Keramat Riak
  4. Asal Usul Pagar Dewa
  5. Bunda Sejati
  6. Putri Gading Cempaka
  7. Batu Amparan Gading
  8. Batu Kuyung
  9. Bujang Awang Tabuang
  10. Asal Mula Nama Bengkulu
  11. Putri Serindang Bulan

Subscribe to receive free email updates: