Cerita Lubuk Emas, Sumatera Utara

 Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di Provinsi Sumatera Utara Cerita Lubuk Emas,  Sumatera Utara
Sungai Asahan merupakan sungai terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Hulu sungai Asahan berada di Danau Toba, mengalir melalui pintu Bendungan Sigura-gura dan berakhir hingga Teluk Nibung di selat Malaka. Panjang sungai Asahan yakni 147 km dengan 6 buah anak sungai utama. Kota-kota yg dilalui oleh sungai Asahan diantaranya Parapat, Porsea, Balige, Kisaran, dan Tanjung Balai. Sungai Asahan sangat populer dengan arusnya yg deras berbatu ditambah keasrian hutan di sepanjang sungai sehingga di bidang pariwisata, sungai Asahan dipakai sebagai acara arung jeram.
Terdapat sebuah cerita rakyat terkait sungai Asahan yaitu Lubuk Emas. Legenda ini menceritakan kisah cinta Sri Pandan putri kerajaan Teluk Dalam dengan pembantu setia kerajaan yg berjulukan Hobatan. Sri Pandan alhasil menentukan terjun ke sebuah lubuk sungai Asahan demi mempertahankan cinta pada kekasihnya. Berikut ini kisahnya.

Kerajaan Teluk Dalam

Alkisah Raja Simangolong memimpin sebuah kerajaan di kawasan Teluk Dalam, Sumatera Utara. Sang raja mempunyai seorang anak perempuan berparas anggun jelita berjulukan Sri Pandan. Disamping anggun jelita, Sri Pandan juga populer sangat baik hatinya lagi terampil bekerja. Ia terampil menganyam tikar juga menumbuk padi.

Kecantikan Sri Pandan sudah dikenal di seantero negeri. Banyak para cowok berkeinginan meminang Sri Pandan. Namun demikian, Raja Simangolong berharap Sri Pandan kelak menikah dengan pangeran negeri lain semoga bis,a menjalin korelasi baik dengan negeri tersebut.

Pangeran Aceh Mecukup lamar Sri Pandan

Kecantikan putri Sri Pandan terdengar hingga di kerajaan Aceh. Pangeran Aceh sangat berkeinginan untuk mecukup lamar putri Sri Pandan. Raja Aceh kemudian mengirim utusan ke kerajaan Teluk Dalam untuk memberitahu ihwal cukup lamaran Pangeran Aceh terhadap Putri Sri Pandan. Raja Simagolong merasa bangga dengan kedatangan utusan dari kerajaan Aceh. Ia sangat oke jikalau putri Sri Pandan menikah dengan Pangeran Aceh. Namun demikian ia tidak dan merta mendapatkan cukup lamaran tersebut. Ia menyerahkan keputusan ini kepada putrinya, Sri Pandan.

“Aku akan mengirimkan utusan ke Kerajaan Aceh jikalau putriku mendapatkan cukup lamaran pangeran Aceh.” kata Raja Simangolong pada utusan Kerajaan Aceh.

Sesudah utusan Kerajaan Aceh pergi, Raja Simangolong memanggil putrinya. “Putriku, maukah engkau mendapatkan cukup lamaran dari Pangeran Aceh? Ayahanda sangat berharap engkau mau menjadi istri Pangeran Aceh semoga korelasi kedua kerajaan bis,a terjalin baik.” kata Raja Simagolong kepada Sri Pandan.

Sri Pandan hanya termangu tidak menjawab. Ia menundukkan kepala kemudian menangis.

“Ada apa anakku? Mengapa engkau menangis?” tanya Raja Simangolong.

“Maaf ayah, bukannya hamba tak mau berbakti kepada orang tua, tapi hamba sudah cukup usang menjalin kasih dengan cowok lain. Hamba mencintainya. Sekali lagi maaf ayah.” kata Sri Pandan terbata-bata.

“Siapa cowok yg engkau maksud?” Raja Simangolong mulai gusar.

“Hobatan ayah.” jawab Sri Pandan.

“Apa? Hobatan pembantu setia kita?” Raja Simangolong tersentak kaget.

“Benar, ayahanda.” kata Sri Pandan.

Raja Simangolong murka mendapati kenyataan putrinya sudah menjalin kasih dengan Hobatan, pembantu kerajaan. “Dengar baik-baik anakku, lupakan Hobatan. Terimalah cukup lamaran Pangeran Aceh. Jika engkau tak mau memutuskan hubunganmu dengan Hobatan, pasti akan ayah usir Hobatan.” kata Raja Simangolong tegas.

Hobatan Menolak Permintaan Sri Pandan

Sri Pandan merasa tidak berdaya mendengar perintah ayahandanya. Ia segera menemui Hobatan mengajaknya untuk pergi bersama meninggalkan istana kerajaan. “Hobatan, demi cinta kita, sebaiknya kita berdua pergi meninggalkan kerajaan ini.” kata Sri Pandan.

“Ada apakah gerangan? Mengapa Adinda menginginkan kita pergi meninggalkan istana? Bagaimana dengan kedua orang bau tanah Adinda?” tanya Hobatan.

“Kerajaan Aceh mengirimkan utusan untuk mecukup lamarku. Ayah berharap Aku mendapatkan pinangan Pangeran Aceh semoga terjalin korelasi baik antara kedua negeri. Kita saling menyayangi semenjak cukup usang jadi sebaiknya kita pergi saja meninggalkan kerajaan Teluk Dalam.” kata Sri Pandan.

Di luar dugaan Hobatan justru menolak seruan Sri Pandan. Hobatan menyarankan semoga Sri Pandan mendapatkan cukup lamaran Pangeran Aceh. “Sebaiknya engkau mendapatkan cukup lamaran Pangeran Aceh. Hal itu lebih baik bagi dirimu juga bagi kerajaan Teluk Dalam. Engkau akan menjadi seorang permasuri.” kata Hobatan.

Sri Pandan sangat kecewa dengan tanggapan Hobatan, pria yg ia cintai. “Baiklah Hobatan, jikalau begitu keinginanmu. Aku akan terjun ke lubuk daripada harus menjadi istri pria yg tak aku cintai. Aku akan setia dengan cintsaya padamu! Aku akan menunggumu di lubuk!” ujar Sri Pandan seraya bergegas pergi.

“Adinda tunggu? Jangan berbuat gegabah Adinda!” teriak Hobatan panik. Namun Sri Pandan tidak memperdulikan Hobatan. “Apa yg harus aku lsayakan sekarang? Aku memang sangat mencintainya. Tapi siapalah diriku yg hanya seorang pembantu di kerajaan. Sebaiknya aku beritahu raja walaupun pasti akan mendapatkan eksekusi berat.” Hobatan merasa gelisah.

Sri Pandan Melompat Ke Dalam Lubuk

Sri Pandan kemudian berlari memasuki kamarnya untuk berkemas-kemas. Dibawanya beberapa lembar pakaian juga seluruh embel-embel emas miliknya. Ia kemudian pergi meninggalkan istana kerajaan menuju lubuk sungai Asahan. Sesampainya di lubuk sungai Asahan, Sri Pandan melemparkan seluruh barang bawaannya ke dalam lubuk yg dalam. Pakaian berikut seluruh embel-embel emasnya ia lemparkan seraya berkata “Tak akan ada lagi perempuan anggun di negeri ini.” Sri Pandan kemudian melompat ke dalam lubuk sungai Asahan. Ia membawa dan cintanya pada Hobatan ke dalam lubuk.

Raja Simangolong Menyesali Perbuatannya

Tidak cukup usang kemudian, di istana kerajaan timbul kegemparan. Sang Raja dan Permaisuri tidak menemukan Sri Pandan, putri mereka. Raja Simangolong lantas memanggil Hobatan untuk mencari tahu.

“Istriku, dimanakah Sri Pandan? Kenapa sedari tadi tidak terlihat?” tanya Raja Simangolong pada istrinya.

“Entahlah dimana Sri Pandan berada. Di kamarnya pun tidak ada. Cepatlah suruh prajurit untuk mencarinya. Aku khawatir terjadi hal-hal jelek terhadapnya.” kata permaisuri.

“Mungkin ada hubungannya dengan duduk perkara cukup lamaran pangeran Aceh dan Hobatan. Pengawal! Panggilkan Hobatan kemari!” kata raja.

Hobatan pun menghadap Raja Simangolong dengan perasaan sangat tsayat.

“Hai Hobatan! Engkau yakni pembantu setia di kerajaan ini. Jangan berani Engkau mengkhianati kita.” teriak raja.

“Ampun Yang Mulia. Hamba tidak akan berani mengkhianati kerajaan ini.” jawab Hobatan.

“Dimana Sri Pandan kini Hobatan? Jawab jujur! Aku sudah mengetahui hubunganmu dengan putriku.” kata raja.

“Ampun Yang Mulia. Hamba dan putri Sri Pandan memang saling mencintai. Ia mengajak hamba untuk pergi dari kerajaan ini. Tetapi hamba menolak Yang Mulia. Hamba memintanya semoga mendapatkan saja cukup lamaran dari Pangeran Aceh. Tapi ia menolaknnya dan mengancam akan melompat ke lubuk sungai Asahan.” kata Hobatan.

Di depan Raja Simangolong, Hobatan menceritakan pembitipsannya dengan Sri Pandan. Ia menyampaikan bahwa Sri Pandan hendak melompat ke lubuk sungai Asahan alasannya kecewa terhadap dirinya. Hobatan mengsayai sudah menganjurkan Sri Pandan untuk mendapatkan cukup lamaran Pangeran Aceh.

“Apa? Kaprikornus putriku ingin bunuh diri dengan melompat ke lubuk sungai Asahan? Hai prajurit cepat kita pergi ke lubuk sungai Asahan untuk menyecukup lamatkan putriku!” teriak raja kaget.

Mendengar pengsayaan Hobatan, segera Raja Simangolong bedan para prajurit kerajaan pergi menuju lubuk sungai Asahan. Raja memerintahkan para prajuritnya untuk menyelam ke lubuk dalam itu untuk mencari Sri Pandan. Tapi sehabis beberapa cukup lama, mereka tidak berhasil menemukan putri raja. Raja Simangolong sangat murung sudah kehilangan putri kesaygannya. Ia sangat menyesal sudah memaksakan kehendak pada Sri Pandan. 

“Aku sangat menyayangi putriku. Ia anak yg baik dan patuh pada orang tua. Aku menyesal sudah memaksanya mendapatkan cukup lamaran Pangeran Aceh.” raja menangis tersedu-sedu.

Semenjak insiden itu, lubuk tersebut dinamakan Lubuk Emas alasannya putri Sri Pandan terjun dengan membawa banyak embel-embel emas.

Referensi:
  1. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
  2. Adi Seta, Mahadewa. 2013. Kumpulan Dongeng Asli Nusantara. Yogyakarta: Idea World Kidz.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Utara lainnya:
  1. Danau Toba
  2. Nai Manggale
  3. Lubuk Emas 
  4. Ahmad Dan Muhammad
  5. Asal Mula Pohon Aren

Subscribe to receive free email updates: