Cerita Nai Manggale (Si Gale-Gale), Sumatera Utara

 Sumatra Samosir Island old Batak village Cerita Nai Manggale (Si Gale-Gale),  Sumatera Utara


Jika kita pergi ke pulau Samosir di tengah Danau Toba, Sumatera Utara, maka kita akan mendapati Si Gale-Gale patung yg bis,a bergerak. Si Gale-Gale yaitu sebuah patung ajal yg dibentuk apabila ada seseorang yg meninggal tanpa mempunyai keturunan. Dimaksudkan semoga orang yg meninggal tidak berduka di alam baka. Menurut kepercayaan orang Batak zaman dahulu, orang yg meninggal tanpa mempunyai keturunan, roh-nya akan memasuki patung Si Gale-Gale. Patung tersebut kemudian akan dituntun oleh seorang dalang bersorban sementara para penonton akan menari mengelilingi patung sambil berzakat pelipur lara kepada patung.
Adapun bentuk Si Gale-Gale biasanya dibentuk tanpa kepala. Kemudian di cuilan kepala patung akan diletakkan tengkorak orang yg meninggal. Muka patung diwarnai dengan kuning telur, matanya dibentuk dari oleh buah-buahan, rambutnya dari rambut kuda, dan badan patung diberi pakaian lengkap yg indah.

Patung yg bis,a bergerak Si Gale-Gale konon berasal dari legenda Nai Manggale. Ia yaitu seorang insan jelmaan patung buatan Datu Panggana. Bagaimana ceritanya? Silahkan ikuti kisah berikut.

Nai Manggale

Alkisah dahulu kala di Sumatera Utara, hidup seorang pembuat patung berjulukan Datu Panggana. Ia dikenal sebagai seorang pematung handal. Hasil patung buatannya sangat halus juga nampak sangat mirip aslinya. Seperti patung hewan, tumbuhan maupun patung berbentuk manusia, hasilnya niscaya akan sangat mirip aslinya. Nama Datu Panggana menjadi sangat populer sehingga banyak penduduk memesan patung kepadanya.

Datu Panggana Membuat Patung Nai Manggale

Menurut legenda, di suatu hari, Datu Panggana pergi ke hutan, mencari kayu untuk ia gunakan mem.buat patung. Sesudah menerima kayu sesuai keinginannya, Datu Panggana kemudian pulang ke rumahnya. Kemudian Ia mulai bekerja mem.buat patung berbentuk perempuan. Datu Panggana bekerja siang malam mem.buat patung tersebut tanpa melihat model. Dalam bekerja Ia hanya membaygkan sesosok perempuan cantik. Semua perhatiannya dicurahkan pada patung tersebut, hingga jadinya selesai juga patung tersebut, sebuah patung berbentuk seorang perempuan sangat bagus wajahnya. Datu Panggana pun sangat terkejut dengan kecantikan patung buatannya.

Bao Partigatiga Memberikan Pakaian Nai Manggale

Saat itu lewatlah seorang pria di depan rumah Datu Panggana. Laki-laki tersebut berjulukan Bao Partigatiga. Ketika melihat patung perempuan cantik, Bao Partigatiga sangat terkejut melihat kecantikannya. Ia pun memuji keahlian Datu Panggana. Kebetulan Bao Partigatiga membawa pakaian dan embel-embel perempuan. Ia kemudian memakaikan pakaian dan embel-embel yg ia bawa pada patung perempuan tersebut. Nampak semakin cantiklah juga semakin mirip insan patung tersebut setelah didandani oleh Bao Partigatiga. Datu Panggana dan Bao Partigatiga memandangi patung tersebut dengan takjub.

Sesudah puas mamandangi patung tersebut, Bao Partigatiga kemudian berbisnis melepaskan pakaian dan embel-embel miliknya dari patung tersebut. Keanehan pun terjadi, Bao partigatiga tidak bisa melepaskannya. Seolah-olah patung tersebut menolaknya. Bao Partigatiga pun murka pada Datu Panggana. Ia meminta Datu Panggana untuk menghancurkan patung tersebut semoga Ia bis,a melepaskan pakaian dan embel-embel miliknya.

“Hai Datu Panggana! Aku tak bis,a mengambil embel-embel milikku. Cepat Kau hancurkan patungmu buatanmu! Aku mau pulang sekarang.” kata Bao Partigatiga marah.

“Enak saja Kau suruh Aku hancurkan patung milikku. Salahmu sendiri! Siapa menyuruh Engkau kenakan pakaian dan embel-embel milikmu.” jawab Datu Panggana.

Mereka berdua bertengkar hebat sebab problem tersebut. Untuk menghindari perkelahian, Bao Partigatiga jadinya pergi meninggalkan kawasan tersebut. Ia meninggalkan pakaian juga embel-embel miliknya melekat pada patung milik Datu Panggana.

Sepeninggal Bao Partigatiga, Datu Panggana kemudian berbisnis membawa patung perempuan bagus itu ke dalam rumahnya. Lagi-lagi kecacatan terjadi, Datu Panggana tidak bisa memindahkan patung buatannya tersebut ke dalam rumah. Karena kesal, Ia jadinya meninggalkan patung tersebut di luar rumah.

Datu Partoar Berdoa Agar Nai Manggale Menjelma Menjadi Manusia

Seorang pria berjulukan Datu Partoar lewat di depan patung perempuan bagus tersebut. Sama mirip Bao Partigatiga, Ia sangat takjub melihat kecantikannya. Ia kemudian berdoa kepada Dewata semoga mengubah patung perempuan tersebut menjadi seorang manusia. Sang Dewata mengabulkan permohonan Datu Partoar, dalam sekejap patung perempuan bagus tersebut berubah menjadi menjadi seorang perempuan bagus jelita.

Datu Partoar gembira. Ia kemudian mengajak gadis perempuan bagus jelmaan patung untuk ikut ke rumahnya. Gadis itu pun bersedia. Sesampainya di rumah, istri Datu Partoar sangat besar hati menyambut kedatangan gadis bagus tersebut. Ia kemudian memberinya nama Nai Manggale. “Karena Engkau belum mempunyai nama, Engkau kuberi nama Nai Manggale.” Nai Manggale senang diterima hangat oleh keluarga Datu Partoar. Ia kemudian menceritakan bahwa dirinya yaitu seorang patung yg ditakdirkan oleh Dewata berubah menjadi menjadi insan sebab doa Datu Partoar. Sejak ketika itu Nai Manggale tinggal bersama keluarga Datu Partoar. Nai Manggale sudah dianggap sebagai anak oleh mereka.

Berebut Nai Manggale

Berita perihal sebuah patung berubah menjadi menjadi seorang gadis bagus berjulukan Nai Manggale jadinya terdengar di indera pendengaran Datu Panggana. Ia pun bergegas menuju rumah Datu Partoar. Terperanjatlah Ia ketika mengetahui sosok Nai Manggale ternyata yaitu patung buatannya dulu. “Nai Manggale harus ikut denganku sebab sebelum menjadi insan ia yaitu sebuah patung buatanku.” kata Datu Panggana kepada Datu Partoar.

“Tak bis,a begitu! Memang benar Ia yaitu patung buatanmu, tapi aku menemukannya tersia-sia diluar rumah. Aku juga yg berdoa pada Sang Dewata semoga patung buatanmu menjadi manusia. Kaprikornus sudah sepantasnya Nai Manggale tinggal bersamsaya.” kata Datu Partoar.

Pertengkaran diantaranya keduanya semakin runcing dengan munculnya Bao Partigatiga. “Pakaian dan embel-embel yg dikenakan Nai Manggale yaitu kepunyaanku. Kaprikornus Nai Manggale seharusnya tinggal bersamsaya.” kata Bao Partigatiga.

Perselisihan diantara ketiganya semakin cukup usang semakin memanas. Masing-masing tidak ada yg mau mengalah. Ketiganya merasa berhak mempunyai Nai Manggale dengan alasan masing-masing. Karena tidak ada jalan keluar, ketiganya lantas sepakat mengadukan problem tersebut kepada Aji Bahir, sesepuh desa mereka.

Aji Bahir populer sebagai sosok pandai bijaksana. Ia dikenal bisa memperlihatkan jalan penyelesaian bagi orang-orang yg tengah bertikai. Saran dan pendapatnya sanggup diterima orang-orang yg mengadu kepadanya.

Sesudah mendengarkan dengan seksama klarifikasi dari ketiganya, Aji Bahir kemudian memperlihatkan saran. “Karena Datu Partoar memohon kepada Sang Dewa hingga jadinya Nai Manggale berubah menjadi menjadi seorang manusia, maka Datu Partoar layak menjadi ayah bagi Nai Manggale.” kata Aji Bahir.

“Datu Panggana yaitu pembuat patung Nai Manggale sebelum menjadi manusia, maka Ia berhak menjadi paman Nai Manggale. Kata Aji Bahir kepada mereka bertiga.

“Sedangkan Bao Partigatiga, usianya masih muda. Ia pantas menjadi abang Nai Manggale.” kata Aji Bahir lagi.

Ketiganya kemudian menganggukan kepalanya sebagai tanda setuju. Ketiganya menjadi lega sebab problem mereka sudah selesai. Mereka juga merasa senang sebab bis,a bersaudara dengan kehadiran Nai Manggale. Kini Nai Manggale yg kecantikannya populer diantara suku-suku Tapanuli, hidup berbahagia bersama kedua orang tuanya, pamannya dan juga kakaknya.

Nai Manggale Menikah

Kecantikan Nai Manggale tersebar hingga ke desa tetangga. Seorang cowok berjulukan Datu Partitik memberanikan diri mendatangi Datu Partoar untuk mecukup lamar Nai Manggale. Namun cukup lamaran tersebut ditolak oleh Nai Manggale sebab Datu Partitik amat jelek rupa. Tidak putus asa, Datu Partitik lantas menggunakan ilmu sihir semoga Nai Manggale menyukainya. Saat mencoba mecukup lamar untuk kedua kalinya, cukup lamaran Datu Partitik diterima oleh Nai Manggale. Merekapun jadinya menikah dengan upatips meriah.

Tapi sayg kebahagian tersebut tidak berlangsung cukup lama. Sesudah menikah Nai Manggale merasa banyak petaka menimpanya. Ia juga tak kunjung dikaruniai seorang anak. Ia merasa mungkin Dewata tidak memberinya keturunan sebab ia sendiri berasal dari sebuah patung. Karena merasa sedih Nai Manggale terkena sakit keras berkepanjangan. Tidak ada satu tabib pun yg bisa mengobati penyakitnya. 

Patung Si Gale-Gale

Merasa hidupnya tidak akan cukup usang lagi, Nai Manggale lantas berpesan kepada suaminya semoga mem.buatkan sebuah patung mirip dirinya semoga menjadi kenangan bagi orang-orang yg secukup usang ini mencintainya. Tidak cukup usang kemudian Nai Manggale pun meninggal dunia.

Sepeninggal istrinya, Datu Partitik kemudian meminta Datu Panggana untuk mem.buatkan patung sesuai ajakan mendiang istrinya. Patung tersebut diberi nama Si Gale-Gale. Semenjak ketika itu patung Si Gale-Gale akan dibentuk untuk mengenang orang yg meninggal dunia tanpa mempunyai keturunan.

Referensi:
  1. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
  2. Adi Seta, Mahadewa. 2013. Kumpulan Dongeng Asli Nusantara. Yogyakarta: Idea World Kidz.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Utara lainnya: 
  1. Danau Toba
  2. Nai Manggale 
  3. Lubuk Emas
  4. Ahmad Dan Muhammad
  5. Asal Mula Pohon Aren

Subscribe to receive free email updates: