Cerita Kisah Monyet Dan Ayam, Sulawesi Tenggara

 Menceritakan hubungan pertemanan antara simpanse Cerita Kisah Kera dan Ayam, Sulawesi Tenggara
Kisah simpanse dan ayam, merupakan si kera, ia berbisnis mencabuti bulu-buluku. Entah apa yg ia pikirkan, mungkin ia hendak memakanku padahal aku kan temannya." kata ayam pada kepiting dengan nafas masih tersengal-sengal.

Kepiting sebagai sahabat ayam sangat marah. Kepiting tidak bis,a mendapatkan kelsayaan si kera. Kepiting berkata pada ayam bahwa mereka harus membalas kelsayaan simpanse biar ia jera.

"Kurang asuh nian si kera. Kita harus memberinya pelajaran biar ia tidak berani berbuat macam-macam lagi." kata si kepiting.

"Apa yg akan kita lsayakan untuk membalas tingkah lsaya simpanse hai kepiting? Engkau punya gagasan?" tanya ayam.

"Mudah saja, kita akan mengajak si simpanse rsayas berjalan-jalan memakai bahtera tanah liat menyeberangi sungai. Kita menyebarkan tugas, aku akan mem.buat bahtera dari tanah liat, sedangkan kau ayam, tugasmu membujuk si simpanse biar mau ikut bersama kita. Jika sudah datang di tengah sungai, aku akan memberi tanda biar kau melubangi perahu." kata kepiting.

"Baiklah kepiting aku akan membujuk si simpanse biar mau ikut dengan kita." kata ayam menyetujui rencana kepiting.

Sementara si kepiting mem.buat bahtera dari tanah liat, si ayam pergi ke kawasan si simpanse membujuk biar ia mau berjalan-jalan dengan mereka.

"Hai kera, engkau memang sering jahil padsaya tapi bagaimanapun juga engkau tetap temanku. Aku bersama kepiting hendak pergi berjalan-jalan menyeberangi sungai, marilah engkau ikut kita?" kata ayam pada kera.

"Memang ada apa si seberang sungai hai ayam?" tanya simpanse pada ayam.

"Di seberang sungai aneka macam buah-buahan. Engkau bis,a makan sepuasnya di sana." kata ayam.

"Oh benarkah begitu ayam. Baiklah aku akan ikut berjalan-jalan bersama kalian." kata si kera.

Tanpa curiga si simpanse berjalan mengikuti ayam menuju pinggir sungai dimana si kepiting sudah menunggu mereka di bersahabat bahtera tanah liatnya.

Akhirnya, ketiga hewan tersebut menaiki bahtera tanah liat. Sebelumnya, kepiting dan ayam sudah setuju memakai kata-kata sandi. Jika kepiting berkata "lubangi", maka ayam akan mematuk-matuk bahtera kayu untuk melubanginya.

Sesudah bahtera yg ditumpangi ketiganya sudah berada di tengah sungai yg lembap deras lagi dalam, si kepiting memberi arahan pada ayam dengan menyampaikan "lubangi". Ayam pun mengerti kemudian segera mematuk-matuk bahtera tanah liat tersebut sampai bocor. Si simpanse mengetahui bahtera tersebut bocor. Ia menjadi sangat panik alasannya tidak bis,a berenang.

"Apa yg kau lsayakan hai ayam? Kau ingin menenggelamkan perahunya? Kau kan tahu aku tak bis,a berenang!" si simpanse ketsayatan setengah mati.

Air sungai sangat cepat memasuki bahtera melalui lubang yg dibentuk si ayam. Akhirnya bahtera tersebut karam alasannya terlalu banyak air sungai masuk. Kepiting dengan mudahnya berenang sementara si ayam melompat sambil mengepak-ngepakan sayapnya kemudian mendarat di seberang sungai. Sedangkan si simpanse mati karam bersama bahtera tanah liat di tengah sungai lembap deras. Si simpanse yg selalu jahil pada temannya sendiri dan keras kepala tidak pernah mau mendengarkan nasehat, sekarang mendapatkan ganjarannya.

Referensi:

  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sulawesi Tenggara lainnya:
  1. Kisah Kera dan Ayam 
  2. La Moelu Si Anak Yatim
  3. Gunung Mekongga

Subscribe to receive free email updates: