Cerita Asal Mula Pohon Aren, Kisah Sumatera Utara

 Aren atau enau merupakan tumbuhan serba guna Cerita Asal Mula Pohon Aren, Cerita Sumatera Utara
Aren atau enau merupakan tumbuhan serba guna. Tingginya bis,a mencapai 25 meter dengan lebar bis,a mencapai 65 cm. Air sadapan tandan bunga jantan dinamakan nira biasa diolah menjadi gula aren atau gula merah, diolah menjadi minuman tuak atau terkadang nira juga diolah menjadi cuka walaupun kini sudah terdesak oleh cuka buatan pabrik, biji buahnya bis,a diolah menjadi kolang kaling sebagai adonan es atau kolak, daunnya biasa dipakai sebagai atap rumah rakyat di pedesaan, pucuk daunnya yg masih kuncup dinamakan daun kawung bis,a dipakai sebagai daun rokok, ijuk dari pohon aren bis,a dipintal menjadi tali, sementara dari lidinya bis,a dibentuk menjadi sapu lidi.
Tuak hasil olahan air nira mempunyai fungsi yg penting bagi kehidupan sosial orang Batak. Selain sebagai minuman, biasanya tuak dipakai dalam upatips-upatips adab masyarakat Batak, bis,a juga untuk menyiram beberapa jenis tanaman, atau dipakai untuk sesaji bagi arwah orang yg sudah meninggal.
Di Tanah Karo, cerita rakyat, pohon aren berasal dari badan seorang wanita berjulukan Beru Sibou yg ingin menolong kakaknya, seorang penjudi yg dieksekusi pasung di negeri orang. Berikut kisahnya.

Kisah Tare Iluh Dan Beru Sibou

Pada zaman dahulu kala di Tanah Karo hidup sebuah keluarga sederhana dengan dua orang anak. Anak pertama seorang laki-laki berjulukan Tare Iluh. Yang kedua seorang anak wanita berjulukan Beru Sibou. Meskipun hidup dalam kesederhanaan, namun ayah mereka yakni seorang pekerja keras. Ia bekerja keras siang dan malam untuk menghidupi keluarganya. Hingga balasannya sebab bekerja terlalu keras, ia jatuh sakit dan meninggal dunia.

Sepeninggal sang ayah, sang ibu bekerja keras untuk menghidupi kedua anaknya yg masih kecil. Karena bekerja keras, sang ibu jatuh sakit. Ketiadaan biaya untuk berobat mem.buat sakitnya bertambah parah dan balasannya meninggal.

Tare Iluh dan Beru Sibou kini menjadi anak yatim piatu. Mereka berdua kemudian diasuh oleh bibinya, adik dari ayah mereka. Tare Iluh sebagai abang merasa sangat murung dengan penderitaan yg mereka alami. Sesudah kedua orang bau tanah mereka meninggal, kini bibi merekalah yg membanting tulang menghidupi mereka. Tare Iluh berjanji suatu ketika nanti ia akan berkerja keras mencari nafkah untuk kehidupan yg lebih baik.

“Aku berjanji, setelah sampaumur nanti Aku akan bekerja keras mencari nafkah untuk keluargsaya. Aku tidak mau menyusahkan bibiku. Aku ingin membahagiakan adikku satu-satunya.” ujar Tare Iluh dalam hati.

Waktu berjalan, Tare Iluh, si sulung, sudah berubah menjadi laki-laki sampaumur yg gagah tampan dengan wajah higienis bersinar. Sementara Beru Sibou bermetamorfosis menjadi seorang gadis elok jelita. Suatu hari Tare Iluh memberikan keinginannya pada sang bibi dan juga adiknya Beru Sibou, bahwa ia ingin merantau ke kota. Tare Iluh ingin hidup mandiri. Ia berjanji suatu ketika akan membalas kebaikan bibinya yg sudah mengasuh mereka dari kecil.

Tare Iluh Pergi Merantau

"Wahai Bibiku, wahai Adikku, aku ingin pergi merantau ke kota untuk mencari nafkah. Sudah cukup usang bibi mengasuh kita, aku ingin mencari nafkah di kota semoga suatu ketika bis,a membalas kebaikan bibi." kata Tare Iluh.

"Jika memang sudah menjadi kehendakmu, Bibi tak bis,a melarang Nak. Berhati-hatilah di negeri orang. Bibi akan selalu mendoakanmu." kata sang bibi.

"Aku tak mau ditinggal kakak, tapi mau bagaimana lagi. Kakak harus berjanji akan segera kembali setelah berhasil nanti." berat hati Beru Sibou merelakan kepergian kakaknya.

“Tentu saja adikku. Kakak niscaya akan kembali.” kata Tare Iluh.

Tare Iluh kemudian pergi merantau ke kota dengan membawa bekal yg disiapkan oleh bibinya. Ia merasa sangat murung meninggalkan adik dan bibinya tercinta, namun sebagai seorang anak sulung, ia merasa bertanggung jawab untuk menawarkan penghidupan yg lebih baik bagi mereka berdua. Ia tidak ingin terus menerus hidup dalam kemiskinan.

Tare Iluh Bermain Judi

Sesampainya di kota, Tare Iluh kemudian mengerjakan apa saja semoga bis,a menghidupi dirinya. Upah hasil bekerja sebagian ia tabung. Namun, lambat laun ia merasa penghasilan yg ia raih tidak sebanding dengan kerja kerasnya. Ia kemudian terpengaruhi untuk bermain judi. Dengan mempertaruhkan uang hasil bekerjanya yg tidak seberapa banyak, Tare Iluh main judi. Beruntung ketika itu ia memenangkan perjudian. Hal ini mem.buatnya menjadi ketagihan bermain judi. 

“Buat apa Aku bekerja keras sepanjang hari namun hasilnya tidak sepadan. Sementara hanya dengan mempertaruhkan sedikit uang di meja judi, aku bis,a mendapat banyak uang. Lebih baik aku bermain judi saja.” kata Tare Iluh.

Semenjak ketika itu Tare Iluh menjadi malas bekerja. Tiap hari kerjanya hanya bertaruh uang di meja judi. Hingga balasannya ia terlilit hutang yg sangat banyak jawaban kalah berjudi. Karena tidak sanggup membayar hutang-hutangnya, Tare Iluh mendapat sanksi pasung atau penjara oleh penduduk setempat.

Beru Sibou Bertemu Kakek Tua

Sementara itu di desa, sepeninggal Tare Iluh, Beru Sibou merasa sedih. Ia sangat ingin bertemu dengan abang yg ia cintai. Telah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun abang yg dicintainya itu tak kunjung pulang. Beru Sibou merasa khawatir dengan kesecukup lamatan kakaknya.

“Hai Beru Sibou, Aku mendengar kabar dari negeri orang bahwa kakakmu yakni seorang penjudi berat. Ia kini tengah dipasung sebab tidak bisa membayar hutang-hutangnya.” kata seorang penduduk desa.

Sesudah sekian cukup usang sang abang pergi di rantau orang, muncullah kabar dari orang-orang di kampung yg menyampaikan bahwa Tare Iluh sudah berubah menjadi seorang penjudi. Menurut kabar, Tare Illuh ketika ini terancam mendapat sanksi pasung sebab terlilit hutang sangat besar. Mendengar kabar ini, Beru Sibou menjadi semakin bersedih. Ia hanya bis,a menangis tiap hari.

“Duhai kakakku tercinta, benarkah kata orang-orang desa bahwa Engkau kini tengah dipasung di negeri orang?” Beru Sibou meratap.

Suatu hari, Beru Sibou berpapasan dengan seorang kakek tua. Kakek tersebut bertanya pada Beru Sibou kenapa wajahnya sedih.

"Kenapa wajahmu murung Nak? Ada dilema apa? Mungkin Kakek bis,a membantumu." tanya kakek tua.

"Aku sedang murung memikirkan kakakku. Namanya Tare Iluh Kek. Ia kini di negeri orang terancam dieksekusi pasung sebab terlilit hutang. Aku ingin sekali bertemu untuk menolong kakakku satu-satunya." kata Beru Sibou.

"Oh rupanya engkau adik Tare Iluh ya. Kakek belum pernah bertemu dengannya tapi pernah mendengar namanya. Kakek dengar ia seorang penjudi berat juga mempunyai banyak hutang." kata kakek tua.

"Benar Kek. Lalu apa Kakek tahu dimana negeri daerah kakakku merantau?" tanya Beru Sibou.

"Entahlah, Kakek juga tak tahu dimana. Maaf Nak, kakek tak bis,a membantumu tapi kalo boleh Kakek memberi saran, cobalah Nak Beru memanjat pohon tinggi kemudian bernyanyilah dan panggillah nama kakakmu. Siapa tahu kakakmu bis,a mendengarnya." kakek bau tanah memberinya saran.

Beru Sibou pun menuruti saran kakek tua. Ia mencari pohon yg paling tinggi kemudian memanjatnya. Sesudah datang di puncak pohon, Beru Sibou bernyanyi sambil memanggil-manggil nama kakaknya. 

“Tare Iluh, kakakku, dimanakah Engkau? Pulanglah Kak. Hai penduduk negeri yg memasung Kakakku! Aku mohon bebaskanlah ia kini juga.” Beru Sibou mengulang-ulang memanggil kakaknya.

Namun ia tidak juga mendapat hasil. Sesudah berjam-jam memanggil nama kakaknya, balasannya Beru Sibou merasa kelelahan. Ia memutuskan untuk berdoa kepada Yang Maha Kuasa.

Beru Sibou Berubah Menjadi Pohon Aren

"Ya Tuhanku! Hamba ingin bertemu dengan abang Hamba semoga bis,a menolongnya. Biarlah Hamba yg membayar hutang-hutangnya. Hamba rela air mata, rambut dan seluruh badan hamba dimanfaatkan oleh penduduk negeri yg menghukum abang Hamba." Beru Sibou berdoa.

Yang Maha Kuasa mengabulkan ajakan Beru Sibou. Selesai Beru Sibou berdoa, tiba-tiba saja angin bertiup kencang disusul hujan deras dengan kilat menyambar-nyambar bumi. Pada ketika itulah Beru Sibou tiba-tiba berubah menjadi sebuah pohon Aren. Tubuhnya berubah menjadi Pohon Aren yg sanggup menghasilkan buah kolang-kaling sebagai komponen makanan. Air mata Beru Sibou berubah menjadi tuak atau nira yg dijadikan minuman oleh penduduk negeri. Sedangkan rambutnya dipakai oleh penduduk sebagai ijuk untuk mem.buat atap rumah.

Referensi:
  1. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
  2. Adi Seta, Mahadewa. 2013. Kumpulan Dongeng Asli Nusantara. Yogyakarta: Idea World Kidz.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Utara lainnya:
  1. Danau Toba
  2. Nai Manggale
  3. Lubuk Emas
  4. Ahmad Dan Muhammad
  5. Asal Mula Pohon Aren

Subscribe to receive free email updates: