Cerita Asal Mula Munculnya Pohon Padi

 asal mula munculnya pohon padi berasal dari pengorbanan Dewi Sri Pohaci Long Kancana dala Cerita Asal Mula Munculnya Pohon Padi
Menurut cerita rakyat Jawa Barat, asal mula munculnya pohon padi berasal dari pengorbanan Dewi Sri Pohaci Long Kancana dalam melakukan kiprah dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk  menganugerahkan cihaya (sesuatu kebutuhan hidup umat manusia) kepada negeri Buana Panca Tengah. Bagaimana kisah lengkapnya? Silahkan ikuti kisah berikut ini:

Pada jaman dahulu hidup seseorang berjulukan Sunan Ibu di sebuah taman indah berjulukan Taman Sorga Loka. Saat itu Sunan Ibu tengah menunggu kedatangan Dewi Sri Pohaci Long Kancana. Sesudah tiba, Dewi Sri Pohaci menceritakan kepada Sunan Ibu bahwa ada suatu kawasan di bumi yg belum mempunyai cihaya atau sesuatu kebutuhan hidup umat manusia. Tempat itu berjulukan Buana Panca Tengah.

Dewi Sri Pohaci Pergi ke Negeri Buana Panca Tengah 

Sesudah mendengar penuturan Dewi Sri Pohaci, Sunan Ibu lantas memberi perintah kepada Dewi Sri biar ia pergi ke negeri Buana Panca Tengah. Dewi Sri Pohaci menyggupi kiprah yg diberikan oleh Sunan Ibu, namun ia meminta biar kepergiannya ditemani oleh Eyg Prabu Guruminda. Sunan Ibu mengabulkan seruan Dewi Sri Pohaci. Sunan Ibu kemudian memanggil Eyg Prabu Guruminda dan memerintahkannya biar menemani Dewi Sri Pohaci ke negeri Buana Panca Tengah.

Sebelum pergi meninggalkan Taman Sorga Loka, Eyg Prabu Guruminda meminta waktu untuk duduk bersemedi dalam rangka memohon petunjuk Hiang Dewanata. Dalam semedinya, Hiang Dewanata menawarkan petunjuk kepada Eyg Guruminda biar mengubah Dewi Sri Pohaci menjadi sebutir telur. Sesudah memperoleh petunjuk, Eyg Guruminda mengakhiri semedinya. Kemudian dengan kesaktiannya, ia mengubah Dewi Sri Pohaci menjadi sebutir telur.

Sesudah semua persiapannya selesai, maka berangkatlah Eyg Prabu Guruminda menuju negeri Buana Panca Tengah dengan membawa Dewi Sri yg berwujud sebutir telur. Dewi Sri yg berwujud sebutir telur, disimpan baik-baik dalam sebuah kotak berjulukan Cupu Gilang Kencana.

Dengan kesaktiannya, Prabu Guruminda terbang ke tiap penjuru utara-selatan-barat-timur mencari sebuah negeri berjulukan Buana Panca Tengah. Tanpa disengaja, Cupu Gilang Kencana terbuka dan telur di dalamnya pun terjatuhlah ke bumi. Telur tersebut jatuh di suatu kawasan yg dihuni oleh Dewa Anta. Dewa Anta kemudian mengambil telur tersebut dan disimpannya baik-baik.

Kelahiran Kembali Dewi Sri Pohaci

Sesudah beberapa waktu cukup lamanya, telur tersebut menetas dan lahirlah seorang putri yg sangat manis yg tiada lain ialah Dewi Sri. Tentu saja Dewa Anta amat bahagia dengan kelahiran seorang bayi wanita yg sangat cantik. Dewa Anta merawat Dewi Sri sampai tumbuh menjadi seorang gadis remaja yg manis jelita.

Hanya dalam waktu singkat kecantikan Dewi Sri tersiar ke banyak sekali penjuru negeri. Maka berdatanganlah para raja-raja dari banyak sekali kerajaan menemui Dewi Sri Pohaci dengan tujuan ingin meminangnya menjadi permaisuri. Tetapi Dewi Sri menolak pinangan para raja alasannya ialah teringat akan tugasnya yg belum selesai yaitu menawarkan cihaya kepada negeri Buana Panca Tengah. Jika ia mendapatkan pinangan, berarti ia sudah mengabaikan kiprah yg dibebankan kepadanya.

Kepada tiap raja yg berminat meminangnya, Dewi Sri menjelaskan bahwa maksud kelahirannya ke dunia ialah untuk melakukan kiprah dari Sunan Ibu di Taman Sorga Loka yaitu untuk menganugerahkan cihaya kepada negeri Buana Panca Tengah. Namun, para raja tidak perduli. Pinangan demi pinangan terus berdatangan sampai mengakibatkan Dewi Sri jatuh sakit. Terus memikirkan tugasnya yg belum terselesaikan, semakin cukup usang sakit yg di derita Dewi Sri semakin parah. Merasa hidupnya tidak akan cukup usang lagi, Dewi Sri jadinya memberikan amanat terakhir.

Tanaman Aneh di Pusara Dewi Sri Pohaci

“Bila tiba saatnya nanti saya meninggal dunia dan bila kelak saya sudah dikuburkan, maka jangan heran kalau terdapat suatu keanehan-keanehan pada pusarsaya.” Tidak cukup usang kemudian, dengan kehendak yg Maha Kuasa, Dewi Sri Pohaci meninggal dunia.

Amanat terakhir Dewi Sri Pohaci ternyata terbukti. Di pusaranya ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan yg belum pernah ada secukup usang ini. Pada penggalan kepala tumbuh pohon kelapa, pada penggalan tangan tumbuh pohon buah-buahan, pada penggalan kaki tumbuh pohon ubi, sedangkan pada penggalan perutnya tumbuh pohon aren. Juga tumbuh suatu flora lain yg sangat gila dan belum pernah ada secukup usang ini.

Asal Mula Munculnya Pohon Padi

Pada suatu hari, ada kakek-nenek yg tengah mencari kayu bakar di hutan. Tanpa sengaja kakek dan nenek tiba di pusara Dewi Sri Pohaci yg ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan aneh. Mereka berdua belum pernah melihat tumbuhan menyerupai itu. Sebuah tumbuhan yg berdaun bagus berbuah masih hijau berbulu bagus pula. Kakek dan nenek jadinya memutuskan untuk setips rutin membersihkan pusara Dewi Sri Pohaci dan memelihara flora gila tersebut. 

Demikianlah, dari hari ke hari, ahad ke minggu, kakek dan nenek dengan penuh kesabaran dan ketekunan membersihkan pusara dan memelihara tumbuhan gila tersebut. Menjelang bulan ke 5, buah yg hijau tadi sudah penuh berisi, sehingga buah yg setangkai itu merunduk alasannya ialah beratnya. 

Menjelang bulan ke 6, ditengoknya kembali flora tersebut dan ternyata butir-butir buah tadi bermetamorfosis menguning dan sangat indah nampaknya. Si kakek kemudian mencicip buahnya dan terasa olehnya rasa manis. Kakek dan nenek menyiapkan dupa bedan apinya untuk aben kemenyan untuk memohon izin kepada Hiang Dewanata.

Selesai upatips aben kemenyan, ditebaslah flora gila tersebut dan alangkah terkejutnya kakek dan nenek itu alasannya ialah pada tangkai yg dipotong tadi mengeluarkan cairan bening dan harum. Kemudian timbul niatnya untuk menanamnya kembali. Butir-butir buah tadi ditanamnya kembali di sekitar pusara Dewi Sri. Hingga tanpa terasa tumbuhan gila tersebut tumbuh sangat banyak dan berbuah banyak pula. Si kakek dan nenek merasa kebingungan alasannya ialah mereka belum tahu tumbuhan apa yg mereka tanam. Mereka merasa sukar menentukan nama yg sempurna untuk tumbuhan gres tersebut. Akhirnya dipilihlah nama Pare. Alasannya, dalam bahasa Sunda, perilaku sulit mengambil keputusan disebut “Paparelean”. Hingga sekarang, tumbuhan gres tersebut dikenal dengan nama Pare atau Padi dalam Bahasa Indonesia.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Barat lainnya:

    Subscribe to receive free email updates: