Cerita Manis Nan Tongga

 Anggun Nan Tongga yakni seorang cowok tampan dari Kampung Dalam Cerita Anggun Nan Tongga
Anggun Nan Tongga yakni seorang cowok tampan dari Kampung Dalam, Pariaman. Ia mempunyai gelar Magek Jabang. Ibundanya, Ganto Sani, meninggal dunia tidak cukup usang sehabis melahirkan Anggun Nan Tongga sementara ayahandanya pergi bertarak ke Gunung Ledang. Sejak kecil ia diasuh oleh saudara wanita ibundanya yg berjulukan Suto Suri. Menurut cerita rakyat Sumatera Barat, Anggun Nan Tongga kemudian tumbuh menjadi seorang cowok tampan dan cerdas. Ia jago bela diri silat, berkuda, dan cerdik mengaji Alquran dan dalam ilmu agamanya. Semenjak kecil, Anggun Nan Tongga sudah dijodohkan dengan Gondan Gondoriah. Ia yakni anak dari saudara pria ibundanya. 


Pertandingan di Sungai Garinggiang

Di suatu hari, Anggun Nan Tongga mendengar kabar bahwa di Sungai Garinggiang, Nangkodoh Baha membuka pertandingan untuk mencari suami bagi adiknya yg berjulukan Intan Korong. Anggun tertarik dengan pertandingan tersebut dan meminta izin pada Mande Suto Suri untuk mengikutinya. Tentu saja Mande Suto Suri menolak sebab Anggun sudah bertunangan dengan Gondan Gondoriah. Tapi sebab Anggun memaksa, akibatnya Mande Suto Suri mengizinkan.

Maka pergilah Anggun ke Sungai Garinggiang untuk mengikuti pertandingan. Dengan ketangkasan yg dimilikinya, gampang saja bagi Anggun Nan Tongga untuk memenangkan tiap pertandingan. Baik pertandingan bermain catur, menembak, atau menyabung ayam, Anggun dengan gampang memenangkannya. Merasa aib sebab dikalahkan oleh Anggun Nan Tongga, Nangkodoh Baha lantas mengejek Anggun sebab sudah membiarkan ketiga mamaknya (mamak = saudara pria ibu) ditawan oleh bajak bahari di pulau Binuang Sati. Anggun Nan Tongga tersentak kaget sehabis mengetahui bahwa ketiga mamaknya ditawan bajak laut.

Mencari Ketiga Mamaknya

Anggun segera bergegas pulang guna meminta izin pada Mande Suto Suri dan tunangannya Gondan Gondoriah untuk menyecukup lamatkan ketiga mamaknya yaitu: Mangkudun Sati, Nangkodoh Rajo dan Katik Intan. Mande Suto Suri mengizinkan Anggun pergi ke pulau Binuang Sati untuk menyecukup lamatkan mamak-mamaknya. Sedangkan Gondoriah, meminta Nan Tongga membawakan buah tangan berupa benda-benda dan hewan-hewan langka sebanyak 120 buah. Beberapa di antaranya yakni seekor burung nuri yg sanggup berbitips, beruk yg cerdik bermain kecapi, dan kain cindai yg tak berair oleh air.

Segera Anggun Nan Tongga pergi menuju ke pulau Binuang Sati dengan ditemani pembantu setianya Bujang Sacukup lamat. Ia berlayar memakai kapal berjulukan Dandang Panjang dengan nahkoda berjulukan Cik Ameh. Sesudah berlayar beberapa cukup usang akibatnya tibalah mereka di pulau Binuang Sati. 

Mengetahui kedatangan Anggun Nan Tongga yg ingin menyecukup lamatkan mamak-mamaknya, raja pulau Binuang Sati mengirimkan utusannya menemui Anggun untuk meminta Anggun segera meninggalkan pulau tersebut. Permintaan itu terperinci ditolak mentah-mentah oleh Anggun. Maka terjadilah pertempuran sengit. Sesudah sekian cukup usang bertempur, Bujang Sacukup lamat berhasil membunuh Panglima Bajau. Maka takluklah penguasa pulau Binuang Sati.

Nan Tongga segera mencari mamak-mamaknya. Bertemulah ia dengan salah satu mamaknya, Nagkodoh Rajo, yg dikurung di dalam sangkar babi. Nangkodoh menceritakan bahwa kedua mamak Tongga lainnya berhasil meloloskan diri ketika terjadi pertempuran di bahari melawan anak buah Panglima Bajau. Nangkodoh Rajo juga menyampaikan bahwa burung nuri yg cerdik berbitips yg dicari oleh Nan Tongga, ada di kota Kuala Kota Tanau.

Mendengar klarifikasi Nangkodoh Rajo, Nan Tongga segera mengutus salah satu anak buahnya, Malin Cik Ameh pulang ke Pariaman, untuk memberikan pesan bahwa Nangkodoh Rajo sudah dibebaskan. Sementara Nan Tongga sendiri bersama Bujang Sacukup lamat, melanjutkan perjalanan menuju Kuala Kota Tanau.

Setibanya di Pariaman, Malin Cik Ameh segera menuju rumah Mande Suto Suri untuk menampaikan pesan Nan Tongga. Namun, ketika melihat kecantikan Gondan Gondoriah, tunangan Nan Tongga, ia berubah pikiran. Malin Cik Ameh malah berbohong dengan menyampaikan bahwa Nan Tongga ditawan oleh Panglima Bajau dan bahwa Nan Tongga berpesan biar Malin Cik Ameh diangkat menjadi pemimpin di kampung Dalam, Pariaman. Maka jadilah Malin Cik Ameh diangkat menjadi pemimpin di kampung Dalam, Pariaman. Tidak cukup usang kemudian, Malin Cik Ameh mengirim utusan untuk meminang Gondan Gondoriah. Tapi pinangan tersebut ditolak oleh Gondan dengan alasan masih berduka atas ditawannya Nan Tongga.

Nan Tongga Menikah dengan Adami Sutan

Sementara itu Anggun Nan Tongga sudah tiba di Kuala Kota Tanau, Ia berhasil menemukan mamaknya yg lain. Pamannya tersebut sudah menjadi raja di Kota Tanau. Disitu pula Nan tongga melihat seekor burung Nuri yg bisa berbitips. Burung nuri absurd tersebut ternyata milik putri mamaknya yg berjulukan Putri Andami Sutan. Nan Tongga mencoba meminta burung nuri tersebut kepada putri Adami Sutan, dan putri Adami Sutan bersedia memberikannya dengan syarat Nan Tongga mau menikahinya. Nan Tongga pun akibatnya menikah dengan Putri Adami Sutan.

Tidak disangka burung nuri absurd yg sudah menjadi milik Nan Tongga terlepas dari sangkarnya dan terbang ke Pariaman. Si burung Nuri menemui Gondan Gondoriah dan memberikan bahwa Nan Tongga sudah menikah dengan putri Andami Sutan. Hati Gondan Gondoriah hancur berkeping-keping mendengar kabar tersebut. Ia merasa sudah dikhianati Nan Tongga. Sejak ketika itu, Gondan Gondariah tidak mau lagi bertemu dengan Anggun Nan Tongga.

Sesudah menikah dengan putri Adami Sutan, Nan Tongga merasa gelisah. Ia merasa rindu dengan kampung hacukup laman dan tunangannya Gondan Godoriah. Tidak sanggup menahan rasa rindunya, Nan Tongga segera pulang ke kampung hacukup lamannya Pariaman, dan meninggalkan istrinya Adami Sutan yg tengah hamil.

Kabar kepulangan Nan Tongga di Pariaman tersebar dengan cepat. Gondan Gondoriah yg mendengar kabar tersebut segera melarikan diri ke Gunung Ledang. Ia sudah tidak sudi bertemu dengan Nan Tongga yg sudah menyakiti hatinya. Nan Tongga segera mengejar Gondan Gondoriah dan membujuknya biar segera pulang ke Pariaman. Nan Tongga berjanji akan menikahi Gondan. Akhirnya Gondan hatinya luluh dan bersedia kembali ke Pariaman.

Anggun Nan Tongga Naik ke Langit

Setibanya di Pariaman, Nan Tongga, Gondan Gondoriah dan Bujang Secukup lamat menemui Tuanku Haji Mudo untuk meminta restu janji nikah mereka. Namun Tuanku Haji Mudi menyampaikan bahwa mereka berdua tidak bis,a menikah sebab masih saudara sepersusuan. Sewaktu bayi, Nan tongga pernah menyusu kepada ibu Gondan Gondariah. Tuanku Haji Mudo menyampaikan bahwa mereka berdua hanya bis,a berjodoh di akhirat.

Sementara itu di Pariaman, Mande Suto Suri dan orang renta Gondan Gondoriah merasa cemas sebab anak mereka belum pulang juga. Akhirnya diutuslah orang untuk mencari keduanya. Sesudah mencari kesana kemari tidak ketemu juga akibatnya sang utusan bertemu dengan Bujang Secukup lamat. Bujang menyampaikan bahwa Nan Tongga, Gondan Gondoriah dan Tuanku Haji Mudo sudah naik ke langit kerena Nan Tongga dan Gondan tidak bis,a berjodoh di bumi tapi hanya bis,a berjodoh di akhirat.

Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Barat lainnya:
  1. Pak Lebai Malang
  2. Asal Usul Danau Maninjau
  3. Batu Ajuang Batu Peti
  4. Kisah Malim Deman
  5. Bujang Paman
  6. Malin Kundang
  7. Asal Mula Nama Minangkabau
  8. Asal Usul Danau Singkarak dan Sungai Batang Ombilin
  9. Sabai Nan Aluih
  10. Anggun Nan Tongga
  11. Legenda Siamang Putih
  12. Legenda Puteri Runduk
  13. Sutan Pangaduan

      Subscribe to receive free email updates: