Dongeng dari negara Malaysia, murid-murid Guru Gampar, menceritakan perihal kepatuhan murid-murid terhadap gurunya. Alkisah, di Malaysia hidup seorang guru berjulukan Gampar. Guru Gampar mempunyai empat orang murid yg sangat patuh pada perintahnya. Ia selalu berpesan pada murid-muridnya semoga mematuhi semua perintahnya.
Suatu hari, Guru Gampar mengajak keempat muridnya berkunjung ke desa tetangga. Mereka pergi menaiki sebuah gerobak kayu yg ditarik seekor kuda. Salah satu murid Guru Gampar ditunjuk menjadi kusirnya. Secukup usang perjalanan yg cukup jauh, Guru Gampar merasa mengantuk. Ia pun kemudian tertidur. Saat tertidur, tanpa disadari, sorban Guru Gampar terjatuh. Murid-murid Guru Gampar membiarkan sorban gurunya jatuh alasannya yakni tidak ada perintah untuk mengambilnya.
Saat terbangun, Guru Gampar menanyakan kemana sorbannya kepada murid-muridnya.
“Sorban Guru jatuh dijalan.” jawab muridnya.
“Kenapa tak kalian ambil sorbanku?” tanya Guru Gampar.
“Kami tak berani mengambilnya, alasannya yakni tidak ada perintah dari Guru untuk mengambil barang jatuh.” jawab muridnya lagi.
“Jika ada barang jatuh dari gerobak kalian harus mengambilnya!” Guru Gampar sedikit berteriak alasannya yakni kesal.
Beberapa dikala kemudian, kuda penarik gerobak membuang kotoran. Murid-murid Guru Gampar segera mengambil kotoran-kotoran tersebut ke atas gerobak. Melihat kelsayaan murid-muridnya, Guru Gampar dongkol bukan main. Ia kemudian mem.buat daftar barang-barang yg harus diambil oleh murid-muridnya kalau terjatuh dari gerobak.
Gerobak kuda pun melanjutkan perjalanan. Saat hampir datang di desa tetangga, tiba-tiba gerobak bergoyg cukup keras alasannya yakni melewati jalan berlubang. Guru Gampar terjatuh dari gerobak. Ia masuk ke dalam terusan air. Murid-muridnya membiarkan begitu saja gurunya terjatuh.
“Kenapa kalian membisu saja? Bantu Gurumu naik kembali ke gerobak.” Guru Gampar marah.
“Maaf Guru. Kami tak mau melanggar perintah Guru. Nama Guru tidak ada dalam daftar barang-barang yg harus diangkat kembali ke dalam gerobak.” murid-muridnya menjawab tanpa merasa bersalah sedikitpun.
Guru Gampar tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk mendidik murid-muridnya. Mereka memang sangat patuh, namun tidak bisa berpikir sendiri.
Referensi:
Jika anda menyukai dongeng anak ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga dongeng anak lainnya:Referensi:
- Damayanti, Astri, 2014, Dongeng Klasik 5 Benua, Jakarta: Penerbit Bestari Buana Murni.
- Asal Mula Kelompen, dongeng anak Belanda
- Putri Tidur, dongeng anak Prancis
- Rusa Bermata Biru, dongeng anak Amerika
- Putri Duyung Sirena, dongeng anak Guam
- Menimbang Gajah, dongeng anak Tiongkok
- Asal Mula Rodeo, dongeng anak Amerika
- Raja Bertanduk, dongeng anak Filipina
- Pemburu dan Burung Snipe, dongeng anak Norwegia
- Air Mata Putri Tislet, dongeng anak Maroko
- Pemburu dan Gorila, dongeng anak Kongo
- Kisah Momotaro, dongeng anak Jepang
- Asal Mula Danau Narran, dongeng anak Australia
- Kisah Alibaba, dongeng anak Iran
- Asal Mula Pohon Kelapa, dongeng anak Chamorro
- Pohon Kacang Ajaib, dongeng anak Inggris
- Murid-Murid Guru Gampar, dongeng anak Malaysia
- Khek Dan Keledai, dongeng anak Kamboja
- Ikan Untuk Raja, dongeng anak Irak
- Asal Mula Singapura, dongeng anak Singapura
- Penyebab Air Laut Asin, dongeng anak Korea
- Guru Goso, dongeng anak Tanzania
- Beruang Menari, dongeng anak Jerman
- Urashima Taro, dongeng anak Jepang
- Matahari dan Angin, dongeng anak Amerika
- Berebut Kue, dongeng anak Nigeria
- Tigran dan Ikan Kecil, dongeng anak Armenia
- Si Kepala Tebal, dongeng anak Kanada
- Pelikan Desa Kabrau, dongeng anak Afrika Tengah