Sudah semenjak dari jaman dahulu, ayam hidup berdampingan dengan manusia. Namun pada suatu ketika, ada sebuah keluarga ayam yg tetapkan untuk meninggalkan perkampungan insan dan hidup di hutan. Merekalah nenek moyg ayam hutan. Begini kisahnya.
Alkisah hiduplah seekor ayam betina. Anaknya aneka macam tetapi semuanya jantan. Si ayam betina merasa sangat duka alasannya belum juga dikaruniai anak ayam betina. Anak-anaknya merasa heran dengan kesedihan ibunya. “Bu, mengapa ibu bersedih hati? Tidakkah ibu merasa senang mempunyai bawah umur jantan menyerupai kita?”
Si induk ayam menjawab: “Dengar nak, aku senang mempunyai bawah umur jantan yg rupawan menyerupai kalian. Ibu sangat menyaygi kalian. Tapi ibu sangat sedih, alasannya kelak setelah kalian dewasa, insan akan mengakibatkan kalian ayam aduan. Kalian akan diadu melawan ayam hebat lain. Pada tajimu akan dipasang mata pisau yg tajam, begitu juga ayam hebat lawanmu. Manusia tidak akan puas bila belum ada salah satu ayam hebat yg kalah dan mati.”
Salah satu anaknya bertanya lagi : “Tapi bu, yg dijadikan ayam hebat aduan oleh insan kan ayam hebat yg tampan rupawan. Sedang ayam hebat yg buruk tidak akan dijadikan ayam aduan.”
“Memang betul begitu nak. Tapi kamu juga harus tahu bahwa ayam yg buruk akan dijadikan ayam potong, disembelih untuk dijadikan kuliner manusia.” si induk menjawab. “Begitulah tingkah lsaya insan anak-anakku. Jika mereka senang dan akan bersuka-suka, maka kita akan disembelih untuk dijadikan kuliner mereka. Tetapi bila mereka sedang susah, maka kita akan kelaparan tidak diberi makanan.”
“Tidak yummy ikut insan bu. Manusia serakah dan tidak tahu diri. Mereka hanya mementingkan diri mereka sendiri saja. Bagaimana kalau kita lari saja dari mereka bu? Kita lari saja ke hutan, menjauhi perkampungan manusia.” salah satu anak ayam berkata.
“Lantas nanti kita makan apa? Secukup usang ini manusialah yg selalu memberi kita makanan.” jawab salah satu anak ayam.
“Yah kita cari sendiri saja kuliner di hutan. Di hutan banyak kuliner asal kita mau bersusah payah mencarinya. Walaupun cuma sanggup sedikit tidak apa-apa, yg penting bebas dari manusia.” jawab anak ayam yg lain.
Mendengar ajuan anaknya, si induk ayam setuju. “Baiklah, kita semua lari saja ke hutan. Kita akan mempelajari mencari makan sendiri. Ibu tidak mau kalian menjadi korban kesewenang-wenangan manusia. Biarlah kita bersusah payah mencari kuliner sendiri yg penting kita bahagia.” Demikianlah asal mula ayam hutan berdasarkan cerita rakyat Jawa Timur. Mereka bergotong-royong pernah hidup berdampingan dengan manusia. Namun sekarang ayam hutan jumlahnya semakin sedikit alasannya banyak hutan yg sudah diubah menjadi perkampungan manusia.
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
- Inu Kertapati
- Asal Usul Kota Banyuwangi
- Keong Emas
- Damar Wulan Dan Menakjingga
- Cindelaras
- Joko Dolog
- Asal Usul Nama Surabaya
- Aryo Menak
- Burung Gagak yg sombong
- Buah Jeruk Emas
- Asal Mula Ayam Hutan
- Orang desa Tingan dihentikan berjodohan dengan orang desa Kapal
- Kyai Bonten dan Ki Jalono
- Irapati dan Seekor Buaya
- Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
- Asal Mula Kata Babah
- Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
- Burung Gelatik dan Burung Betet
- Asal mula mengapa sungai berkelok-kelok
- Sandhekala
- Hai hai aku sudah tahu
- Pak Mendong dan Mbok Mendong
- Paduan Nama yg Baik
- Benda Ajaibnya Kucing
- Menantu Pak Kyai