Cerita Bujang Paman, Sumatera Barat

 memerintah seorang raja berjulukan Raja Aniayo Cerita  Bujang Paman, Sumatera Barat
Bujang Paman yaitu Bujang Paman. Ia kemudian memperlihatkan hartanya untuk dipakai sebagai modal berdagang Bujang Paman. Dengan modal dari Puti Reno Ali, Bujang Paman kemudian pergi ke Solok untuk membeli barang dagangan.

Bertemu Rajo Aniayo

Sesampainya di Solok, Bujang kemudian berkeliling mencari barang dagangan untuk ia jual kembali di Muaro Paneh. Tapi belum sempat mencari barang dagangan, ia dicegat oleh Raja Aniayo yg merupakan ayahnya sendiri. Raja Aniayo memerintahkan prajuritnya untuk merampas semua harta uang emas bawaan Bujang Paman. Para prajurit Raja Aniayo juga memukuli Bujang hingga terluka, mengikat tangannya kemudian membuangnya ke hutan. Bujang Paman mengetahui bahwa Raja Aniayo yaitu ayahnya.

Dalam keadaan tangan terikat dan terluka parah, Bujang berdoa kepada Yang Maha Kuasa biar memberinya kemudahan. Tidak cukup usang kemudian muncul seekor harimau menghampirinya. Bujang ketsayatan setengah mati. Anehnya, harimau tersebut tidak menyerang Bujang, tapi justru menggigit tali pengikat tangannya hingga terlepas. Harimau itu juga menjilati luka-luka di badan Bujang. Keanehan terjadi, luka-luka di tubuhnya mendadak sembuh. Bujang juga merasa tubuhnya menjadi lebih berpengaruh setelah dijilati oleh harimau.

Bujang Paman kemudian pulang ke Muaro Paneh menemui Puti Reno Ali. Bujang menceritakan tragedi yg menimpanya. Puti Reno Ali mempercayai kejujuran Bujang. Ia malah kembali memperlihatkan modal berupa uang emas untuk dipakai Bujang berdagang. Sesudah beristirahat satu dua hari, Bujang kemudian kembali ke Solok untuk membeli barang-barang dagangan.

Setibanya di Solok, kembali Raja Aniayo menghadangnya. Raja Aniayo merasa heran kenapa Bujang Paman bis,a kembali ke Solok dalam kondisi sehat walafiat. Para prajurit Raja Aniayo merampas uang emas milik Bujang, memukulinya kemudian kemudian menjepit kedua kakinya memakai kayu. Mereka melemparkan Bujang ke tengah hutan. Dalam kondisi penuh luka, muncul kembali harimau yg pernah menolongnya. Si Harimau memakai cakarnya untuk membuka ikatan tali di tangan Bujang, membelah kayu yg menjepit kakinya dan menjilati luka-lukanya. Bujang merasa tubuhnya bertambah berpengaruh setelah dijilati oleh harimau.

Sesudah merasa kuat, Bujang segera bergegas pulang ke Muaro Paneh, ke rumah Puti Reno Ali. Setibanya di rumah Puti Reno, ia terkejut alasannya yaitu Raja Aniayo berdan prajuritnya berada di rumah Puti Reno Ali. Raja Aniayo pun merasa terkejut melihat kedatangan Bujang. Ia merasa heran bagaimana bis,a Bujang masih sehat walafiat padahal gres saja dipukuli oleh para prajuritnya. Segera saja Raja Aniayo memerintahkan para prajuritnya untuk memancung Bujang Paman. Para prajuritnya segera menangkap Bujang untuk dipancung.

Saat itulah Bujang berkata bahwa ia yaitu anak Raja Aniayo. “Wahai Tuanku, bagaimana mungkin Tuanku tega hendak membunuh hamba. Padahal hamba yaitu darah daging tuan sendiri.” kata Bujang Paman.

“Apa? Jangan sembarangan kamu mengsaya-ngsaya sebagai anakku.” teriak Raja Aniayo marah.

“Hamba yaitu putra dari Puti Bungsu, istri paduka yg sudah paduka buang di tengah hutan. Dan hamba tak akan melawan paduka alasannya yaitu paduka yaitu ayah kandung hamba.” Bujang menjelaskan.

Raja Aniayo tetap tidak mengsayai Bujang sebagai anaknya walaupun dalam hatinya ia tahu bahwa Bujang memang anaknya. Ia kemudian menghantamkan pedang besarnya ke arah badan Bujang. Namun sangat mengherankan, pedang Raja Aniayo pribadi patah ketika mengenai badan Bujang. Raja Aniayo kemudian mengambil tongkat manau lantas memukulkan tongkat tersebut ke badan Bujang berkali-kali, namun badan Bujang sama sekali tidak terluka. Mengetahui hal ini Raja Aniayo makin marah. Ia kemudian mengambil pedang prajuritnya kemudian menyerang Bujang setips membabi buta. Namun badan Bujang sama sekali tidak terluka.

Bujang Paman Menjadi Rajo Mudo

Karena Rajo Aniayo terus-menerus menyerangnya, Bujang jadinya melsayakan serangan balasan. Bujang Paman menendang badan Raja Aniayo. Raja Aniayo terpental alasannya yaitu tendangan Bujang hingga pedangnya terlepas. Ternyata tendangan Bujang sangat keras sehingga menjadikan Raja Aniayo meninggal seketika. Para prajurit Raja Aniayo sangat terkejut melihat simpulan hayat raja mereka. Mereka segera bersujud di hadapan Bujang. Mereka memohon ampun biar Bujang tidak membunuh mereka. Bujang Paman pun memaafkan mereka.

Rakyat nagari Koto Anau menyambut bangga terbunuhnya Raja Aniayo yg kejam dan sewenang-wenang. Sesudah menguburkan mayat Raja Aniayo, segenap rakyat jadinya setuju untuk mengangkat Bujang Paman menjadi raja mereka menggantikan Rajo Aniayo. Mereka memperlihatkan gelar untuk Bujang dengan gelar Rajo Mudo.

Sesudah menjadi raja, Bujang pun menjemput ibunya bedan Mande rubiah untuk bahu-membahu tinggal di istana. Tak cukup usang kemudian, Rajo Mudo menikahi Puti Reno Ali yg secukup usang ini sudah banyak membantunya. Sejak dikala itu, rakyat nagari Koto Anau hidup dalam tenang alasannya yaitu diperintah oleh Rajo Mudo adil bijaksana.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Barat lainnya:

      Subscribe to receive free email updates: