Cerita Malin Kundang, Sumatera Barat

 aib mengsayai ibunya alasannya miskin sehingga disumpahi oleh ibunya menjadi watu Cerita  Malin Kundang, Sumatera Barat
Siapa tidak mengetahui Malin ingin merantau Bundo. Jika sudah berhasil nanti, Bundo tidak perlu lagi hidup dalam kemiskinan. Izinkan anakmu ini untuk pergi merantau, untuk mencari penghidupan yg lebih baik.” kata Malin.

“Nak, Bundo mengerti keinginanmu untuk meringankan beban Bundo, tapi Bundo khawatir Engkau tidak kembali mirip ayahmu. Telah cukup usang ayahmu pergi merantau, tetapi hingga sekarang belum juga kembali.” jawab Ibu Malin.

“Tetapi hingga kapan kita akan hidup miskin mirip ini Bundo? Malin ingin berhasil. Malin berjanji kalau sudah berhasil nanti, Malin akan pulang. Jika Malin tidak merantau maka kehidupan kita akan tetap mirip ini Bundo.” Malin memohon.

Mendengar keinginan anak kesaygannya, Mande Rubayah tak kuasa menolaknya, walaupun sesungguhnya ia tidak setuju. Ia khawatir anaknya akan hilang di perantauan dan tidak kembali mirip terjadi pada ayahnya. “Baiklah anakku. Jika itu memang keinginanmu, Bundo tidak bis,a menolaknya. Bundo akan selalu mendoakanmu nak, biar cita-citamu cepat tercapai. Dan berjanjilah Malin, kalau engkau sudah berhasil di perantauan, kembalilah pulang. Jangan sekali-kali lupakan Bundo.”

“Tidak Bundo. Malin tidak akan pernah melupakan Bundo tercinta. Justru Malin ingin merantau biar bis,a berhasil. Malin ingin Bundo bis,a hidup berbahagia.” jawab Malin Kundang. Malin merasa senang alasannya ibunya risikonya mengizinkan dirinya merantau.

Pergi Merantau

Sejak dikala itu, tiap hari Malin pergi ke pantai Air Manis berharap ada kapal berlabuh. Ia sudah bertekad besar lengan berkuasa untuk pergi merantau demi penghidupan yg lebih baik.

Suatu hari, sebuah kapal dagang berlabuh di pantai Air Manis. Betapa gembiranya hati Malin Kundang ketika melihat ada kapal dagang tengah berlabuh di Pantai Air Manis. Ia meminta izin nahkoda kapal untuk menumpang kapal tersebut. “Wahai Nahkoda kapal yg mulia. Izinkanlah hamba untuk menumpang kapal ini. Hamba sangat ingin merantau biar bis,a membahagiakan ibu hamba.” kata Malin.

“Baiklah anak muda, Engkau boleh menumpang di kapal ini dengan syarat Engkau mau membantu pekerjaan para awak kapal.” Nahkoda kapal tersebut mengizinkan Malin menumpang kapalnya.

“Terima kasih Nahkoda kapal yg budiman. Hamba akan pulang sebentar untuk membawa bekal dan memberitahu ibu hamba.” jawab Malin.

Malin segera berlari ke rumahnya guna memberitahu ibunya bahwa ia akan segera pergi berlayar. “Bundo, Malin menerima izin dari Nahkoda untuk menumpang kapal. Malin mohon pamit Bundo untuk pergi berlayar mencari penghidupan yg lebih baik. Malin berjanji akan kembali setelah berhasil Bundo.”

“Baik-baiklah di rantau Nak. Bekerja keras dan jujurlah biar hidupmu berhasil.” Ibu Malin menasihati sambil berlinang air mata. Sesudah berpamitan kepada ibunya, Malin Kundang risikonya pergi berlayar untuk merantau. Hanya berbekal sedikit uang dan tujuh bungkus nasi, Malin memulai pengembaraannya.

Secukup usang berlayar, Malin Kundang banyak membantu nahkoda kapal melsayakan perkerjaan-pekerjaan sehari-hari mirip menyapu, mengepel, membersihkan peralatan kotor dan aneka macam pekerjaan lainnya. Sementara itu juga, Malin banyak mempelajari aneka macam hal ilmu pelayaran. Nahkoda kapal dan awak kapal senang membuatkan pengacukup laman mereka kepada Malin.

Diserang Bajak Laut Dan Terdampar

Tidak disangka insiden jelek menimpa kapal tersebut. Bajak Laut menyerang kapal dagang tersebut. Malin Kundang bersembunyi di sebuah ruangan kecil tertutup tumpukan kayu. Para perompak membunuh nahkoda kapal bedan seluruh awaknya. Para perompak juga merampas seluruh harta benda di kapal tersebut. Beruntung, Malin Kundang secukup lamat dari serangan Bajak Laut tersebut.

Kapal tersebut kemudian terombang-ambing di lautan. Malin memasrahkan nasibnya pada Tuhan. Akhirnya kapal tersebut terdampar di sebuah pantai. Ia kemudian berjalan menuju desa terdekat dari pantai tersebut. Orang-orang di desa tersebut segera menolong Malin. Ia sangat bersyukur alasannya orang-orang di desa mau menolongnya. Sesudah agak sehat, Malin menceritakan ihwal dirinya yg menumpang kapal untuk pergi merantau, namun di pertengahan jalan kapal yg ditumpanginya diserang bajak laut. Penduduk desa kemudian mempersilahkan Malin untuk tinggal di desa mereka. Malin Kundang risikonya tetapkan untuk tinggal di desa tersebut.

Menjadi Saudagar Kaya Raya

Malin kemudian berkerja serabutan di desa tersebut. Ternyata desa tersebut mempunyai alam sangat subur. Ia berkerja sangat keras dan sangat hemat. Sebagian penghasilannya dari kerja serabutan tersebut ia tabung. Ketika tabungannya sudah cukup banyak, ia lantas mencoba berdagang. Orang-orang senang bertransaksi jual beli dengannya alasannya kejujurannya. Dalam bekerja, Malin selalu teringat akan nasihat ibunya yg memintanya untuk bersikap jujur dan bekerja keras.

Singkat cerita, Malin Kundang sekarang sudah menjelma seorang saudara kaya raya. Ia mulai mengadakan perdagangan ke desa-desa lainnya bahkan antar pulau. Untuk keperluan perdagangan antar pulau, ia menyewa kapal-kapal dagang. Sesudah perdagangannya makin membesar, ia risikonya bisa membeli kapal-kapal dagang sendiri. Lebih dari seratus orang bekerja padanya. Kekayaannya sangat banyak dan tidak ada saudagar di desa tersebut sanggup menyaingi kekayaannya. Ia lantas menikahi gadis paling bagus di desa tersebut, putri dari keluarga kaya raya.

Malin Kembali Ke Kampung Hacukup lamannya

Sementara, di Perkampungan Pantai Air Manis, Mande Rubayah, ibunda Malin Kundang, terus menunggu kabar anaknya. Ia sangat khawatir kalau anaknya bernasib sama mirip ayahnya yg hilang entah dimana. Setiap ada kapal berlabuh di Pantai Air Manis, Mande Rubayah akan segera mencari tahu apakah anaknya berada di kapal tersebut. Namun sudah sekian cukup usang anaknya tidak juga terlihat.

Pada suatu hari, Mande Rubayah mendengar kabar ada sebuah kapal dagang berlabuh di Pantai Air Manis. Ia segera berlari ke pelabuhan untuk mencari tahu apakah anaknya ada di kapal tersebut. Detak jantung Mande Rubayah kian cepat dikala dari kejauhan ia melihat anaknya bangkit bersama seorang wanita bagus di kapal dagang glamor tersebut. Ia benar-benar yakin bahwa orang itu yakni anaknya, Malin Kundang, alasannya di lengan kanannya ada bekas luka sewaktu terjatuh mengejar ayam dahulu. Mande Rubayah bertambah bangga dikala orang-orang berseru bahwa Malin Kundang yakni pemilik kapal dagang glamor tersebut.

Malin Kundang yg berpakaian glamor kemudian menuruni kapal. Mande Rubayah segera berlari mendekati Malin. Tanpa basa-basi Ia eksklusif memeluknya anaknya erat-erat. “Malin anakku, kenapa cukup usang sekali tak ada kabar darimu Nak? Bundo sangat khawatir. Bundo senang risikonya engkau pulang kembali dengan secukup lamat.”

Malin melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya dengan berangasan hingga terjatuh. “Hai wanita renta miskin tidak tahu sopan santun, Siapakah engkau? Berani-beraninya memelukku.” hardik Malin pada Ibunya.

Malin Kundang sesungguhnya mengetahui niscaya bahwa wanita renta miskin yg memeluknya itu yakni ibu kandungnya, Mande Rubayah. Namun ia dihinggapi rasa aib luar biasa alasannya ibunya terlihat sangat miskin dengan pakaian lusuh. Ia aib pada istri dan anak buahnya alasannya mempunyai ibu miskin.

“Malin apa katamu? Engkau tak mengenal ibumu sendiri Nak? Aku Mande Rubayah, ibu kandungmu Malin. Bundo yakin Engkau yakni Malin anak Bundo. Di tangan kananmu ada luka Malin.” Mande Rubayah sangat terkejut dengan perilaku anaknya.

“Kakanda, perhatikan dahulu baik-baik apakah ibu renta itu yakni ibu kandung kakanda. Jangan eksklusif mengusir setips berangasan begitu.” Istri Malin mengingatkan suaminya.

“Dia bukan ibu kandungku. Ia hanya seorang pengemis renta mengsaya-ngsaya sebagai ibuku alasannya aku saudagar kaya-raya. Ibu kandungku sudah cukup usang meninggal sewaktu aku masih kecil. Pergi engkau menjauh dari kapalku! Pergilah jauh-jauh!” Teriak Malin seraya mendorong ibu kandungnya hingga jatuh terjerembab.

Malin Kundang Dikutuk Menjadi Batu

Hati Mande Rubayah sangat sakit hati dengan perlsayaan Malin, anak kandungnya tercinta. Ia segera pergi menjauh dari Malin Kundang. Kemudian Mande Rubayah mengangkat tangannya ke atas kemudian berdoa, “Ya Tuhan, sekiranya lelaki yg tidak mau mengsayai hamba sebagai ibu kandungnya dan mendorong hamba hingga jatuh  yakni benar-benar anakku, Malin Kundang, maka aku sumpahi ia menjelma batu.”

Tidak cukup usang kemudian Malin kembali ke kapal dagang mewahnya. Ia memerintahkan anak buahnya biar pergi dari Pantai Air Manis. Saat itu langit terlihat cerah dan angin bertiup sepoi-sepoi. Kapal dagang tersebut perlahan-lahan pergi meninggalkan Pantai Air Manis. Tapi tak cukup usang kemudian insiden asing terjadi. Angin angin ribut tiba tiba-tiba kemudian menghantam kapal dagang milik Malin. Begitu hebatnya angin ribut dan besarnya ombak di lautan, kapal Malin hancur berkeping-keping seketika.

Tubuh Malin Kundang terseret ombak kemudian terdampar kembali di Pantai Air Manis. Tidak cukup usang kemudian tubuhnya menjelma watu dalam kondisi tengah bersujud meminta ampun pada ibunya. Malin Kundang, anak durhaka yg aib mengsayai ibu kandungnya, sekarang sudah mendapatkan azab menjelma batu.

Fakta Mengenai Batu Malin Kundang

Kisah seorang anak durhaka yg menjadi watu di pantai Air Manis sudah mem.buat pantai Air Manis yg hening menjadi lokasi wisata yg ramai. Namun, watu Malin Kundang di pantai Air Manis yg ibarat sesosok laki-laki yg tengah bersujud, sejatinya tidak terbentuk setips alami, tetapi merupakan relief watu hasil karya Dasril Bayras dan Ibenzani Usman yg dibentuk pada tahun 1980.

Obyek Wisata Pantai Air Manis

Pantai Air Manis terletak di Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat. Berjarak 15 km dari sentra Kota Padang, Sumatera Barat. Dari Bandara Internasional Minangkabau, pengunjung bis,a pergi ke Air Manis melalui Kota Padang. Pasirnya berwarna putih kecoklatan. Tidak jauh dari tepian pantai Air Manis, terdapat sebuah pulau kecil seluas sekitar satu hektar berjulukan pulau Pisang. Jika air sedang surut, kita bis,a berjalan kaki dari pantai Air Manis ke pulau Pisang. Namun kita harus segera kembali ke pantai Air Manis, alasannya hanya dalam beberapa jam, air kembali pasang jadi kita tidak bis,a kembali kecuali naik perahu.

Para pengunjung bis,a menyewa bahtera motor untuk mengunjungi pulau Sikuai yg berada di sebelah pulau Pisang. Untuk urusan makanan tidak perlu kuatir, alasannya di bersahabat pantai ada restoran yg menjual ikan bakar, nasi kapau maupun makanan lainnya.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Sumatera Barat lainnya:

      Subscribe to receive free email updates: