Cerita Cindelaras, Jawa Timur

 menceritakan kisah putra Raja Jenggala dengan Sang Permaisuri Cerita  Cindelaras, Jawa Timur
Cindelaras yaitu Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, ayahnya yaitu Raden Putra.”

Cindelaras merasa heran mendengar bunyi kokok ayamnya. Ia kemudian menanyakan wacana kokok ayam tersebut pada ibunya. Sang Permaisuri, ibu Cindelaras, kemudian menceritakan insiden yg menimpa mereka. Sang Permaisuri menyampaikan bahwa Cindelaras yaitu putra Raden Putra, Raja Kerajaan Jenggala. Ibunya juga menceritakan bahwa ia terusir ke tengah hutan sebab menerima fitnah dari Selir Raden Putra.

“Cindelaras anakku. Ayahmu yaitu Raden Putra, raja Kerajaan Jenggala. Ibu menerima fitnah dari selir, sehingga ibu harus diasingkan ke hutan.” kata permaisuri.

Cindelaras Pergi Ke Istana Kerajaan Jenggala

Sesudah mengetahui asal-usul dirinya, Cindelaras lantas meminta izin ibunya untuk pergi ke istana. Ia ingin membersihkan nama ibunya dari fitnah Selir Ayahnya. Ia membawa dan ayam jago miliknya. “Ibu, Cindelaras minta izin untuk pergi ke istana kerajaan Jenggala. Cindelaras ingin membersihkan nama baik ibu dari fitnah selir.” kata Cindelaras.

“Baiklah. Hati-hatilah nak.” kata permaisuri.

Di tengah perjalanan menuju istana Kerajaan Jenggala, Cindelaras bertemu beberapa orang tengah mengadu ayam. Melihat Cindelaras membawa seekor ayam jago, mereka menantangnya untuk mengadu ayam. Namun Cindelaras menolaknya sebab tidak mempunyai taruhan.

“Hai anak muda. Sepertinya Engkau mempunyai ayam jago yg tangguh. Mari kita mengadu ayam.” kata seorang pengadu ayam.

“Bagaimana saya bis,a mengadu ayam jagoku melawan ayam kalian, sementara saya tidak mempunyai taruhan.” kata Cindelaras.

“Kalo begitu, taruhannya yaitu dirimu sendiri. Jika engkau kalah, engkau harus bekerja padsaya. Tapi jikalau engkau menang, saya akan memberimu banyak harta. Bagaimana setuju?” kata si pengadu ayam.

Sebenarnya Cindelaras ragu-ragu untuk mengadu ayam jagonya. Tapi ayam jago miliknya meronta-ronta, terlihat menyerupai memintanya untuk mendapatkan tantangan tersebut. Akhirnya Cindelaras bersedia mendapatkan tantangan para pengadu ayam. “Baiklah, Aku mendapatkan tantangan kalian.”

Ketika ayam jago miliknya diadu melawan ayam lain, hanya dalam beberapa gebrak saja ayam jago milik Cindelaras sanggup mengalahkan musuhnya. Satu-persatu ayam milik para pengadu ayam sanggup dikalahkan begitu gampang oleh ayam jago Cindelaras. Cindelaras menerima banyak uang dari langgar ayam. Sudah tidak terhitung berapa banyak uang dan pelengkap yg diperoleh Cindelaras dari hasil langgar ayam ini.

Dalam waktu singkat, kehebatan ayam jago Cindelaras tersebar ke seantero negeri. Sejumlah penyabung ayam beropini hanya ayam milik Prabu Raden Putra saja yg bisa menandingi ayam Cindelaras.

Kabar ayam Cindelaras kesannya hingga juga ke indera pendengaran Raden Putra. Raden Putra ingin mengadu ayam miliknya melawan ayam jago Cindelaras. Ia kemudian memrintahkan prajuritnya untuk membawa Cindelaras bedan ayam jagonya ke istana untuk diadu melawan ayam milik Raden Putra.

“Hai para prajurit! Aku dengan ada seorang anak muda yg mempunyai ayam jago yg tangguh. Panggilah anak itu kemari. Aku ingin mengadu ayam jagoku dengan ayamnya.” kata Raden Putra.

Tidak cukup usang kemudian, Cindelaras berhasil ditemui oleh para prajurit kerajaan. Para prajurit membawanya ke istana Kerajaan Jenggala untuk bertemu Raja Jenggala. “Engkaukah yg berjulukan Cindelaras pemilik ayam jago tangguh? Maukah engkau mengadu ayam milikmu melawan ayam jago milikku?” tanya Raden Putra.

“Hamba bersedia Gusti Prabu.” kata Cindelaras. Ia mengetahui bahwa Raja Jenggala di hadapannya yaitu ayahnya.

“Kalo begitu apa taruhanmu?' tanya Raden Putra.

“Taruhannya, jikalau ayam jago hamba kalah, hamba serahkan nyawa hamba pada Gusti Prabu. Tapi jikalau ayam jago hamba menang, hamba meminta separuh wilayah Kerajaan Jenggala. Hamba harap Gusti Prabu tidak tersinggung dengan anjuran taruhan hamba.” ujar Cindelaras.

“Baik. Mari kita mulai duel ayam jago kita. Bersiaplah engkau untuk dipenggal oleh algojo kerajaan seusai pertarungan.” kata Raden Putra.

Kerajaan pun menyiapkan pertarungan kedua ayam jago tersebut di alun-alun istana. Rakyat Jenggala berduyun-duyun ingin menyaksikan pertarungan ayam. Tidak sedikit diantara rakyat melsayakan taruhan mendukung ayam jago milik Cindelaras atau milik Raden Putra.

Ayam Jago Cindelaras Mengalahkan Ayam Jago Raden Putra

Tibalah kedua ayam jago tersebut saling dihadapkan di alun-alun istana. Ayam jago milik Cindelaras terlihat kalah besar jikalau dibandingkan dengan ayam jago milik Raden Putra. Namun ayam jago Cindelaras nampak tidak menyampaikan rasa tsayat sama sekali. Diiringi sorak-sorai rakyat menonton, dimulailah pertarungan kedua ayam.

Meski bertubuh lebih kecil, ayam jago milik Cindelaras nampak sangat tangguh. Ayam tersebut bisa mem.buat ayam jago milih Raden Putra kepayahan. Patukan paruh juga tendangan kakinya sangat berpengaruh dan bertenaga. Berkali-kali ayam jago miliki Raden Putra jatuh terpental. Serangan-serangan jawaban dari ayam jago Raden Putra begitu mudahnya ditangkis.

Melihat kenyataan ini, Raden Putra mulai cemas. Ia khawatir ayam jago miliknya akan kalah. Tentunya Ia khawatir akan kehilangan separuh wilayah kekuasaannya. Kekhawatiran Raden Putra nampaknya menjadi kenyataaan. Tidak cukup usang kemudian ayam jago miliknya berkaok-kaok kemudian lari meninggalkan arena pertarungan. Nampaknya ia sudah tidak sanggup melawan ketangguhan ayam jago milik cindelaras. Rakyat pendukung ayam Cindelaras bersorak-sorai gembira.

Raden Putra merasa terkejut hingga lemas tubuhnya. Walaupun masih belum bis,a mendapatkan kekalahannya ayam jagonya, namun ia sebagai Raja Jenggala harus menjaga kehormatannya. Ia harus menepati janjinya. Sang Raja harus rela menyerahkan separuh wilayah kekuasaan Kerajaan Jenggala pada Cindelaras.

Sesudah selesai bertarung, mendadak ayam jago Cindelaras berkokok. “Kukuruyuk....Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah hutan rimba, atapnya daun kelapa, ayahandanya yaitu Raden Putra...”.

Raden Putra keheranan dengan ayam jago Cindelaras. “Cindelaras, benarkah apa yg dikatakan ayam jago milikmu itu?”. Tanya Raden Putra.

“Benar paduka. Menurut ibu hamba yg kini berada di hutan rimba, Hamba yaitu putra Gusti Prabu. Ibu hamba yaitu Permaisuri Paduka yg diasingkan ke hutan. Beliau difitnah oleh Selir. Percayalah Gusti Prabu, Ibu Hamba tidak bersalah.” kata Cindelaras.

Melihat insiden tersebut Sang Patih Kerajaan segera menghadap Raden Putra. “Ampun Gusti Prabu. Hamba tidak melakukan titah Gusti Prabu untuk membunuh Sang Permaisuri. Karena hamba tahu Sang Permaisuri hanyalah korban fitnah Sang Selir. Selir Paduka bekerja sama dengan tabib istana. Dan Cindelaras ini yaitu putra Gusti Prabu.” kata Sang Patih Kerajaan.

Sang Permaisuri Kembali Ke Istana Kerajaan Jenggala

Raden Putra segera memanggil Sang Selir dan tabib istana. Di hadapan Raden Putra, kesannya mereka mengsayai perbuatan jahat mereka. Keduanya memohon ampun pada Sang Raja. Raden Putra kemudian menjatuhi sanksi mati bagi tabib istana, sementara Sang Selir dieksekusi diasingkan ke hutan rimba.

Raden Putra segera memerintahkan para prajuritnya untuk menjemput Sang Permaisuri di hutan pengasingan. Akhirnya terbongkarlah kejahatan Sang Selir dan tabib istana. Sang Permaisuri dan anaknya Cindelaras, kini hidup berbahagia di istana Kerajaan Jenggala. Kebenaran pada kesannya akan mengalahkan kejahatan.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
  1. Inu Kertapati
  2. Asal Usul Kota Banyuwangi 
  3. Keong Emas
  4. Damar Wulan Dan Menakjingga
  5. Cindelaras
  6. Joko Dolog
  7. Asal Usul Nama Surabaya
  8. Aryo Menak
  9. Burung Gagak yg sombong
  10. Buah Jeruk Emas
  11. Asal Mula Ayam Hutan
  12. Orang desa Tingan dihentikan berjodohan dengan orang desa Kapal
  13. Kyai Bonten dan Ki Jalono
  14. Irapati dan Seekor Buaya
  15. Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
  16. Asal Mula Kata Babah
  17. Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
  18. Burung Gelatik dan Burung Betet
  19. Asal mula mengapa sungai berkelok-kelok
  20. Sandhekala
  21. Hai hai saya sudah tahu
  22. Pak Mendong dan Mbok Mendong
  23. Paduan Nama yg Baik
  24. Benda Ajaibnya Kucing
  25. Menantu Pak Kyai

      Subscribe to receive free email updates: