Cerita Sangkuriang, Jawa Barat

 Gunung Tangkuban Perahu terletak di penggalan utara Bandung Cerita  Sangkuriang, Jawa Barat
Gunung Tangkuban Perahu terletak di penggalan utara Bandung, legenda masyarakat di tempat tersebut, asal mula terbentuknya gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan Legenda Sangkuriang. Ia yaitu seorang cowok yg ingin menikahi ibunya sendiri, yaitu Dayg Sumbi. Untuk menggagalkan pernikahan, Dayg Sumbi mengajukan syarat yg sangat berat sehingga mem.buat Sangkuriang murka dan menendang bahtera hingga terbalik. Perahu terbalik itulah yg sekarang dianggap sebagai Gunung Tangkuban Perahu. Berikut ini kisah lengkapnya.

Sangkuriang

Konon dahulu kala, ada seekor babi hutan tengah kehausan. Di tengah hutan, babi tersebut melihat air tertampung di sebuah daun keladi hutan. Diminumnya air tersebut alasannya yaitu sudah merasa kehausan. Tanpa disadarinya, ternyata air tersebut yaitu air seni Raja Sungging Perbangkara. Ia yaitu seorang raja yg populer sakti mandraguna. Karena meminum air seni raja sakti, si babi hutan menjadi hamil. Sembilan bulan kemudian ia melahirkan seorang anak insan berjenis kelamin perempuan.

Kelahiran Dayg Sumbi

Raja Sungging Perbangkara diberitahu oleh rakyatnya bahwa ada seekor babi hutan melahirkan anak insan berjenis kelamin perempuan. Raja Perbangkara segera menyadari bahwa babi tersebut niscaya sudah meminum air seninya. Ia segera pergi ke hutan untuk mencari si babi hutan. Sesudah ia temukan si bayi perempuan, ia kemudian membawanya pulang ke istana kerajaan. Sang Raja memberinya nama Dayg Sumbi.

“Ah ini ternyata bayi wanita yg cantik. Aku akan membawanya ke kerajaan. Aku beri nama bayi ini Dayg Sumbi.” kata raja Sungging.

Waktu cepat berlalu, Dayg Sumbi tumbuh menjadi seorang gadis bagus jelita. Banyak para bangsawan, raja, dan pangeran berlomba ingin mempersunting Dayg Sumbi. Namun semua pinangan tersebut ditolak dengan halus oleh Dayg Sumbi. Ternyata penolakan tersebut justru menjadikan peperangan diantara para laki-laki yg mecukup lamarnya. Hal tersebut mem.buat Dayg Sumbi menjadi sedih. Karena merasa sedih, Dayg Sumbi kemudian meminta izin ayahnya, Raja Sungging Perbangkara untuk mengasingkan diri.

“Ayahanda, Sumbi belum berniat untuk menikah. Telah banyak para laki-laki mecukup lamarku tapi Sumbi menolaknya. Akibatnya terjadi banyak peperangan. Sumbi merasa duka Ayah! Sumbi meminta izin untuk mengasingkan diri.” kata Dayg Sumbi.

Raja Sungging Perbangkara hasilnya mengizinkan Dayg Sumbi mengasingkan diri di sebuah bukit. Raja Perbangkara menawarkan seekor anjing jantan berjulukan Tumang untuk menemani Dayg Sumbi.

“Baiklah jikalau itu keinginanmu. Ananda boleh mengasingkan diri ke bukit yg sunyi. Bawalah si Tumang untuk menemani hari-harimu.” Raja Sungging mengizinkan.

Dayg Sumbi Menikah Dengan Tumang

Secukup usang di pengasingan, Dayg Sumbi mengisi waktu luangnya dengan menenun kain. Suatu ketika, dikala tengah menenun, peralatan tenunnya terjatuh. Dayg Sumbi malas untuk mengambilnya. Ia kemudian melontarkan ucapan tanpa sadar. “Siapa pun juga yg bersedia mengambilkan peralatan tenunku, seandainya ia laki-laki, ia akan kujadikan suami. Seandainya ia perempuan, ia akan kujadikan saudara.”

Si Tumang, anjing yg menemaninya turun ke bawah mengambilkan peralatan tenun. Si Tumang kemudian memberikannya pada Dayg Sumbi.

Melihat Si Tumang mengambilkan peralatan tenunnya, Dayg Sumbi pribadi merasa lemas. Ia sangat meratapi ucapannya. Namun mau tidak mau ia harus menepati janjinya. Dayg Sumbi kemudian menikah dengan Si Tumang, anjingnya. Si Tumang ternyata bukan seekor anjing biasa. Ia yaitu seorang Dewa yg melsayakan kesalahan, dikutuk menjadi anjing, lantas dibuang ke bumi. 

Kelahiran Sangkuriang

Tidak cukup usang sehabis menikah, Dayg Sumbi pun melahirkan seorang anak laki-laki. Ia memberinya nama Sangkuriang.

Waktu terus berlalu, Sangkuriang sekarang sudah tumbuh menjadi seorang anak laki-laki ganteng lagi sakti mandraguna. Sejak kecil, Sangkuriang sudah sering berburu. Setiap kali pergi berburu, Sangkuriang selalu ditemani oleh Si Tumang. Dayg Sumbi tidak pernah memberi tahu bahwa Si Tumang yaitu ayah kandungnya.

Sangkuriang Membunuh Si Tumang

Suatu hari, Sangkuriang tengah berburu di hutan mencari Kijang ditemani Si Tumang. Ibunya ingin makan hati Kijang. Di tengah hutan, Sangkuriang melihat seekor kijang tengah makan. Ia segera memerintahkan Si Tumang untuk mengejar kijang tersebut. Namun aneh, Si Tumang kali ini menolak perintah Sangkuriang, padahal biasanya sangat penurut. Melihat si Tumang hanya diam, Sangkuriang menjadi marah. Sangkuriang mengancam akan membunuh Si Tumang jikalau tak mau menuruti perintahnya. Namun Si Tumang tetap menolak untuk mengejar kijang buruan. Sangkuriang hilang kesabarannya, Ia membunuh Si Tumang. Sangkuriang kemudian mengambil hati anjing malang untuk dibawanya pulang.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menawarkan hati Si Tumang pada ibunya. Dayg Sumbi kemudian memasaknya. Ia kemudian memakan hati Si Tumang. Seusai makan, Ia menanyakan tentang Si Tumang pada Sangkuriang. Sangkuriang kemudian menyampaikan hal sebenarnya, bahwa hati yg dimakan oleh ibunya yaitu hati Si Tumang. Mengetahui hal tersebut, Dayg Sumbi sangat marah. Ia mengambil gayung tempurung kelapa, lantas memukulkannya ke kepala Sangkuriang.

Sangkuriang Pergi Meninggalkan Rumah

Dengan kepala terluka alasannya yaitu pukulan ibunya, Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya, mengembara ke arah timur. Ia sangat murka pada ibunya. Sangkuriang menganggap ibunya lebih menyaygi Si Tumang daripada dirinya.

Sepeninggal Sangkuriang, Dayg Sumbi menyesal sudah memukul kepala Sangkuriang. Ia merasa bersalah alasannya yaitu tidak memberi tahu Sangkuriang bahwa Si Tumang yaitu ayahnya. Ia kemudian bertapa guna memohon ampun atas kesalahan yg diperbuatnya pada Dewata. Dewa mengetahui tindakan Dayg Sumbi mendapatkan permohonan ampun Dayg Sumbi. Dewa kemudian mengaruniakan kecantikan kekal pada Dayg Sumbi. Ia menjadi berumur panjang tapi tetap terlihat bagus awet muda.

Sudah bertahun-tahun cukup lamanya Sangkuriang mengembara tanpa tujuan jelas. Ia mengembara hanya mengikuti kemanapun langkah kakinya. Tanpa disadarinya, Sangkuriang berjalan berputar balik kembali ke tempat Dayg Sumbi berada.

Saat bertemu Dayg Sumbi, Sangkuriang terpesona oleh kecantikannya. Begitu pula Dayg Sumbi terpesona oleh ketampanan dan kesaktian Sangkuriang. Mereka berdua sudah cukup usang tak bertemu hingga tidak menyadari bahwa mereka bekerjsama yaitu ibu dan anak. Keduanya kemudian merencanakan untuk menikah.

Sangkuriang Ingin Menikahi Dayg Sumbi

Sebelum dilsayakan pernikahan, Sangkuriang hendak berburu terlebih dahulu. Sebelum berburu, Dayg Sumbi membantu mengikatkan ikat kepala ke kepala Sangkuriang. Saat itulah Dayg Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang. Dayg Sumbi sangat kaget melihat bekas luka di kepalanya. Ia pribadi menyadari bahwa laki-laki tersebut yaitu anak kandungnya sendiri.

Dayg Sumbi kemudian meminta Sangkuriang membatalkan kesepakatan nikah mereka. Ia menjelaskan bahwa mereka berdua yaitu ibu dan anak. Namun Sangkuriang tidak perduli dengan klarifikasi ibunya. Ia tetap ingin menikahi Dayg Sumbi alasannya yaitu sangat bagus jelita.

Mengetahui harapan berpengaruh Sangkuriang untuk menikahinya, Dayg Sumbi hasilnya bersedia dinikahi. Tapi ia menawarkan syarat sangat berat. “Baiklah jikalau engkau memang ingin menikahiku. Aku bersedia menjadi istrimu tapi syaratnya sangat berat.”

“Apa syarat yg kamu minta? Aku niscaya menyggupinya.” kata Sangkuriang.

“Baiklah. Engkau harus membendung sungai Citarum kemudian mem.buat bahtera sangat besar. Semua itu harus selesai dalam waktu satu malam.” kata Dayg Sumbi.

Membuat Perahu Besar

“Baik, aku menyggupinya. Akan aku selesaikan dalam waktu satu malam.” Sangkuriang segera bekerja keras untuk mewujudkan syarat Dayg Sumbi. Sangkuriang menebang sebuah pohon besar. Dari kayu pohon tersebut, Ia mem.buat bahtera besar. Cabang dan ranting-ranting pohon yg tidak Ia gunakan, ditumpuknya. Tumpukan cabang dan ranting pohon tersebut kemudian berubah menjadi menjadi Gunung Burangrang. Sementara tunggul atau pangkal pohon yg ia babat kemudian berubah menjadi menjadi sebuah gunung. Sekarang dikenal dengan nama Gunung Bukit Tunggul.

Tidak cukup usang kemudian, bahtera besar seruan Dayg Sumbi selesai dibuat. Kemudian ia menuju sungai Citarum untuk membendungnya menjadi sebuah danau. Untuk pekerjaan membendung sungai, ia memanggil mahluk-mahluk halus yg pernah ia kalahkan untuk membantunya.

Mengetahui perkembangan pekerjaan Sangkuriang sangat cepat, Dayg Sumbi menjadi cemas. Ia harus menggagalkan pekerjaan Sangkuriang biar mereka berdua batal menikah. Ia kemudian meminta santunan Dewa biar memberinya jalan keluar dari masalahnya.

Dewa menawarkan petunjuk pada Dayg Sumbi biar menebarkan kain putih hasil tenunan biar matahari cepat terbit. Dayg Sumbi segera melsayakan petunjuk Dewa tersebut. Tidak cukup usang kemudian Matahari pun terbit.

Terbitnya matahari mem.buat para mahluk halus yg tengah bekerja membendung Sungai Citarum menjadi berhamburan meninggalkan pekerjaannya. Sangkuriang murka besar menyaksikan matahari terbit. Ia tahu bahwa Dayg Sumbi sudah berbuat curang mem.buat fajar cepat tiba. Dengan sangat marah, Sangkuriang lantas menjebol bendungan Sanghyg Tikoro. Sumbat fatwa sungai Citarum lantas ia lemparkan kearah timur yg kemudian berubah menjadi menjadi Gunung Manglayg. Air di danau tersebut menjadi surut. Masih belum puas, Sangkuriang kemudian menendang bahtera besar buatannya hingga terlempar hingga jatuh tertelungkup. Perahu besar tersebut kemudian berubah menjadi menjadi Gunung Tangkuban Perahu.

Kemarahan Sangkuriang masih juga belum reda. Ia berlari mengejar Dayg Sumbi. Dayg Sumbi lari ketsayatan. Ia berlari menuju Gunung Putri. Tubuhnya kemudian menghilang dan berubah menjadi Bunga Jaksi. Sementara Sangkuriang terus berlari mengejar hingga hasilnya datang di Ujung Berung. Di Ujung Berung, badan Sangkuriang kemudian menghilang ke alam gaib.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.

Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Barat lainnya:

      Subscribe to receive free email updates: