Si Kancil berlari kencang meninggalkan rumah Pak Tani. Ia gres saja melepaskan diri dari kurungan ayam Pak Tani dengan tips menipu Si Anjing. Sesudah merasa agak jauh dari rumah Pak Tani, Si Kancil kemudian menoleh ke belakang tsayat kalau Si Anjing atau Pak Tani mengejarnya. Berikut ini dongeng Si Kancil menipu Buaya.
“Sepertinya Si Anjing dan Pak Tani tidak mengejarku, syukurlah. Hampir saja aku dijadikan sate oleh Pak Tani. Sekarang Aku istirahat dulu sejenak di bawah pohon rindang.” kata si Kancil.
Berbisnis Menyeberangi Sungai
Si Kancil memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Sesudah rasa lelahnya mulai berkurang, ia kemudian melanjutkan perjalanan ke tengah hutan semoga tidak tertangkap Pak Tani. Namun di tengah perjalanan ia terhalang oleh sebuah sungai yg cukup lebar. Si Kancil berpikir keras bagaimana tipsnya semoga ia bis,a menyeberangi sungai besar tersebut.
“Aduh, ada sungai besar. Bagaimana tipsnya Aku melewati sungai ini? Badanku kecil juga tidak cerdik berenang. Kalau memaksakan diri menyeberang, niscaya Aku akan tenggelam.” ia berbitips dalam hati.
Si Kancil melihat sekelompok pohon pisang tumbuh di akrab sungai. Dia kemudian berbisnis merobohkan beberapa pohon pisang. “Ah itu ada sekelompok pohon pisang. Aku akan gunakan pohon pisang untuk menyeberang.” ungkapnya lagi. "Aduh berat sekali pohon-pohon pisang ini." Si Kancil mengeluh. Ia mendorong pohon pisang tersebut satu persatu hingga roboh. Rencananya, Si Kancil hendak memakai batang-batang pohon pisang untuk menyeberangi sungai.
Digigit Buaya
Saat sedang sibuk mendorong pohon-pohon pisang, seekor buaya sungai mengamati Si Kancil. “Ah ada seekor kancil di pinggir sungai. Kebetulan perutku sedang lapar.” kata Pak Buaya dalam hati. Pak Buaya kemudian berenang ke tepi sungai. Ia menjulurkan mulutnya ke arah kaki Si Kancil dan hap! Pak Buaya menggigit kaki Si Kancil.
"Aduh kakiku sakit!" teriak Si Kancil merasa kesakitan, dikala melihat kakinya, ia terkejut alasannya yakni rupanya Pak Buaya menggigit kakinya. “Pak Buaya tolong jangan makan Aku.”
"Diam kau Kancil. Aku sedang lapar kini Kancil." Pak Buaya tak perduli.
"Iya aku tahu Pak Buaya, tapi kini perutku juga sedang lapar...Biarkan aku mencari makan dahulu gres nanti kau memakan tubuhku. Aku tak mungkin bis,a lari darimu Pak Buaya." Si Kancil memohon pada Pak Buaya.
Si Kancil Menipu Pak Buaya
"Baiklah. Kuberi kesempatan kau cari makan dulu cil. Tapi awas jangan coba-coba lari dariku cil." kata pak Buaya. Pak Buaya dengan bodohnya percaya pada kancil. Dia tidak tahu bahwa kancil punya rencana untuk melarikan diri.
"Pak Buaya, temanmu banyak kan?" tanya kancil.
"Memangnya kenapa cil? Temanku di sungai ini banyak cil." ujar buaya.
"Tolong panggil teman-temanmu untuk ikut memakanku. Tapi sebelumnya biarkan aku mencari makan dahulu. Disekitar sungai banyak makanan, biarkan aku makan dahulu hingga kenyg. Sesudah aku kenyg kalian boleh memakanku." jawab kancil.
Pak Buaya sedikit curiga terhadap undangan kancil. Pak Buaya mengancam Si Kancil semoga jangan coba-coba berbohong. "Kau tidak berbisnis membohongiku kan hei kancil? jangan coba-coba membohongiku kancil!" ancam pak buaya.
"Mana mungkin aku membohongimu pak buaya? tubuhku kecil, tak mungkin bis,a melawanmu." jawab kancil.
Pak buaya pun percaya kemudian memanggil teman-temannya. “Hai teman-teman! Mari kita ke pinggir sungai untuk makan siang. Ada seekor kancil enak yg menanti.” kata Pak Buaya pada teman-temannya. Selanjutnya ia membiarkan si kancil di tepian sungai untuk mencari makan.
Sesudah si kancil simpulan mencari makan, ia mendatangi pak buaya & menanyakan jumlah teman-temannya. "Pak buaya, boleh aku tahu berapa jumlah teman-temanmu? Tubuhku kecil, bagaimana engkau mau membagi-bagikan dagingku pada temanmu setips adil jikalau engkau tidak tahu jumlah teman-temanmu?" tanya si kancil.
"Wah teman-temanku banyak cil. Aku tidak tahu berapa jumlahnya." kata buaya.
"Baiklah kalo begitu aku akan membantu menghitung jumlah kalian. Berbarislah dari sini hingga ke seberang sungai." kata si kancil.
Pak buaya menuruti undangan si kancil. Pak buaya segera meminta teman-temannya berbaris. “Hai teman-teman berbarislah hingga ke seberang sungai. Si Kancil hendak menghitung berapa banyak jumlah kita semoga dagingnya bis,a dibagi rata diantara kita.” teriak Pak Buaya.
“Satu...Dua...Tiga...Empat...Lima...” Si Kancil pun segera melompat dari satu punggung buaya ke punggung buaya berikutnya sambil berhitung. Sesampainya di seberang sungai, si kancil segera melarikan diri dengan cepat seraya melambaikan tangan sembari mengucapkan secukup lamat tinggal pada para buaya.
Secukup lamat tinggal Pak Buaya, terimakasih sudah menolongku mengantar ke seberang sungai." ujar si kancil.
“Kurang asuh kau kancil sudah menipu saya! Aku belum memakan dagingmu tapi kau malah melarikan diri." pak buaya marah.
"Aku masih ingin hidup. Siapa yg kurang cerdik mau dimakan buaya." si kancil tertawa terbahak-bahak sambil berlari kencang ke tengah hutan.
Para buaya sangat murka dengan kelsayaan si kancil sambil meratapi kebodohan mereka.
Referensi:
- Purnomo, S.Pd, Hadi. 2013. Kumpulan . Yogyakarta: Tugu Publisher.
- Sukmawan. Sony. Representasi Budaya Jawa Dalam Dongeng Si Kancil (Sebuah Kajian budaya).
Jika anda menyukai cerita Si Kancil ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga Dongeng Si Kancil lainnya:
- Kancil mencuri timun
- Kancil menipu buaya
- Cerita kancil dan harimau
- Kancil dan sapi
- Dongeng kancil dan siput
- Dongeng Si kancil dan ayam merak
- Si Kancil dan kerbau dungu