keong berwarna emas kemudian jatuh ke dalam laut. Semenjak ketika itu tidak ada seorangpun di Kerajaan Daha mengetahui dimana keberadaan Candra Kirana.
Keong Emas Ditolong Nenek Baik Hati
Suatu hari, seorang nenek dari desa Dadapan tengah mencari ikan di bahari memakai jala. Saat menarik jalanya, Ia melihat ada seekor keong berwarna emas sangat cantik. Si Nenek membawa ikan tangkapannya bedan keong emas ke gubugnya. Saat hendak memasak, Si Nenek memperhatikan bahwa keong emas tersebut begitu bagus sangat indah. Akhirnya Ia tidak jadi memasak keong emas tersebut. Alih-alih, Si Nenek baik hati menyimpannya di sebuah tempayan untuk Ia pelihara. Diberinya makan si keong emas kemudian ditutupnya tempayan supaya Ia tidak melarikan diri.
Keesokan harinya si nenek kembali mencari ikan ke laut. Tapi sayg, ia pulang dengan tangan kosong. Si nenek kurang beruntung tidak mendapat ikan. Kemudian ia pulang ke gubugnya. Setibanya di gubug sederhananya, ia merasa sangat terkejut alasannya yaitu di gubugnya sudah tersaji makanan, padahal ia tidak merasa memasaknya. Karena merasa lapar dan tidak mempunyai kuliner lain, balasannya si nenek menyantapnya.
Hari-hari berikutnya insiden serupa terus terulang. Setiap ia pulang ke gubugnya, selalu sudah tersaji kuliner di mejanya. Akhirnya si nenek berbisnis mencari tahu siapa yg memasak kuliner di gubugnya.
Keesokan harinya si nenek menyerupai biasa berpura-pura hendak pergi ke bahari untuk menangkap ikan dengan membawa jala. Sesudah menunggu beberapa saat, si nenek berhati-hati kembali ke gubugnya untuk melihat apa ada orang lain memasak di gubugnya. Saat mengintip kedalam gubugnya, si nenek merasa kaget melihat keong emas keluar dari tempayan. Si Keong Emas menjelma seorang perempuan bagus jelita. Wanita bagus rupawan tersebut kemudian sibuk memasak di dapur.
Si nenek eksklusif masuk ke dapur kemudian bertanya pada Candra Kirana. “Wahai keong emas. Rupanya engkau seorang gadis rupawan. siapakah engkau sebenarnya?” tanya si nenek.
“Aku yaitu Candra Kirana, putri Prabu Kertamarta Raja Kerajaan Daha. Aku difitnah oleh saudarsaya hingga terusir dari istana kerajaan. Seorang nenek sihir jahat mengutuk aku menjadi seekor keong emas. Aku hanya bis,a kembali menjadi insan kalau bertemu dengan tunanganku, Raden Inu Kertapati.” kata Candra Kirana. Sesudah menjelaskan perihal dirinya, Ia kemudian kembali menjelma keong emas.
Raden Inu Kertapati Mencari Candra Kirana
Sementara di Kerajaan Daha, Raden Inu Kertapati tengah sibuk mencari tunangan sekaligus cinta sejatinya, Candra Kirana. Sang Putra mahkota Kerajaan Kahuripan merasa sedih hati. Ia resah alasannya yaitu sudah mencari kemana-mana tapi belum juga menemukan Candra Kirana. Namun Raden Inu Kertapati tetap bertekad akan mencari Candra Kirana hingga ketemu.
Nenek sihir jahat merasa khawatir melihat kegigihan Raden Inu Kertapati mencari Candra Kirana. Ia kemudian berbisnis menggagalkan bisnis Raden Inu Kertapati. Nenek sihir mengubah dirinya sendiri menjadi seekor burung gagak. Ia sengaja menyamar menjadi seekor burung gagak kemudian mendatangi Raden Inu Kertapati. Ia kemudian sengaja menunjukkan isu palsu dengan tujuan menyesatkan Raden Inu.
Suatu hari, Raden Inu Kertapati tengah berkeliling mencari Candra Kirana. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang kakek yg nampak sangat kelelahan. Raden Inu Kertapati kemudian mendekati kakek tersebut dan menunjukkan bekal makanannya. Si kakek makan dengan sangat lahapnya.
Seusai makan, si kakek menanyakan perihal Raden Inu Kertapati. “Terima kasih Raden sudah membantu kakek. Sebenarnya siapa Raden ini? Dan ada keperluan apa?” kata si kakek.
Raden Inu Kertapati kemudian menjelaskan perihal dirinya dan tunangannya Candra Kirana yg pergi meninggalkan istana dan hilang entah kemana. Raden Inu juga menjelaskan perihal burung gagak yg membantunya menunjukkan informasi.
Si kakek sebetulnya yaitu orang sakti. Ia mengetahui bahwa Raden Inu Kertapati ditipu oleh burung gagak. Burung gagak tersebut sebetulnya yaitu jelmaan nenek sihir. "Burung gagak itu yaitu jelmaan nenek sihir. Ia ingin menyesatkanmu. Untuk membuktikannya marilah kita tunggu si burung gagak datang.” kata si kakek.
Tidak cukup usang kemudian si burung gagak tiba ke hadapan Raden Inu Kertapati. Tidak menunggu cukup lama, si kakek kemudian memukul kepala burung gagak dengan tongkatnya. Si burung gagak kemudian menjelma asap kemudian menghilang.
“Jika Raden ingin menemui tunangan Raden, pergilah ke Desa Dadapan. Tunangan Raden ada disana.” kata kakek.
Sesudah mengucapkan terima kasih, Raden Inu Kertapati segera memacu kudanya menuju desa Dadapan. Berhari-hari cukup lamanya Raden Inu Kertapati menuju desa Dadapan. Ia mulai kelelahan sementara perbekalannya sudah mulai menipis. Tidak cukup usang kemudian ia tiba di desa Dadapan. Perbekalannya sudah habis, Ia juga merasa sangat kehausan.
Raden Inu Kertapati Berhasil Menemukan Candra Kirana
Ketika Raden Inu Kertapati melihat sebuah gubug, ia lantas mendatangi gubug tersebut. Ia mengetuk pintu gubug untuk meminta air minum alasannya yaitu merasa sangat kehausan. Ketika pintu gubug dibuka, Raden Inu Kertapati sontak merasa terkejut. Di dalam gubug ia melihat seorang nenek renta bersama tunangannya yg secukup usang ini ia cari, Candra Kirana. Seketika itu juga kutukan nenek sihir jahat musnah. Tubuh keong kembali menjadi insan menyerupai semula.
Raden Inu Kertapati bersama Candra Kirana merasa sangat senang bis,a berjumpa kembali. Raden Inu kemudian mengajak Candra Kirana dan nenek renta baik hati ke istana Kerajaan Daha. Setibanya di istana, Candra Kirana segera menceritakan semua insiden yg menimpanya. Ia juga menyampaikan bahwa Galuh Ajeng, kakaknya sendiri, sudah menfitnahnya.
Prabu Kertamerta menjadi sangat murka mengetahui Galuh Ajeng melsayakan kejahatan pada adiknya sendiri. Meskipun Prabu Kertamerta menyaygi Galuh Ajeng, namun ia tetap menghukum berat Galuh Ajeng alasannya yaitu perbuatan jahatnya.
Meskipun sudah memohon ampun, namun Prabu Kertamerta tetap menghukum putri sulungnya. Galuh Ajeng merasa ketsayatan terhadap bahaya eksekusi berat dari ayahandanya. Ia kemudian lari meninggalkan istana Kerajaan Daha menuju hutan. Di dalam hutan, tanpa sengaja ia terperosok kedalam jurang. Galuh Ajeng balasannya tewas di dasar jurang. Keluarga Kerajaan Daha berduka dengan maut Galuh Ajeng walaupun ia sudah berbuat jahat.
Beberapa ahad kemudian, dilangsungkan janji nikah antara Raden Inu Kertapati dan Candra Kirana. Pernikahan mereka berlangsung secukup usang tujuh hari tujuh malam. Rakyat Kerajaan Kahuripan bedan rakyat kerajaan Daha bersuka ria merayakan janji nikah mereka berdua. Terlebih Raden Inu Kertapati kelak akan mewarisi Kerajaan Kahuripan. Nenek baik hati yg sudah menolong keong emas sekarang tinggal di istana. Candra Kirana sudah mennganggapnya sebagai ibunya sendiri.
Referensi:
Referensi:
- Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
- Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai dongeng rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
- Inu Kertapati
- Asal Usul Kota Banyuwangi
- Keong Emas
- Damar Wulan Dan Menakjingga
- Cindelaras
- Joko Dolog
- Asal Usul Nama Surabaya
- Aryo Menak
- Burung Gagak yg sombong
- Buah Jeruk Emas
- Asal Mula Ayam Hutan
- Orang desa Tingan dilarang berjodohan dengan orang desa Kapal
- Kyai Bonten dan Ki Jalono
- Irapati dan Seekor Buaya
- Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
- Asal Mula Kata Babah
- Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
- Burung Gelatik dan Burung Betet
- Asal mula mengapa sungai berkelok-kelok
- Sandhekala
- Hai hai aku sudah tahu
- Pak Mendong dan Mbok Mendong
- Paduan Nama yg Baik
- Benda Ajaibnya Kucing
- Menantu Pak Kyai