Batu Kuyung. Untuk menghilangkan rasa lapar, keduanya mendendangkan sebuah lagu sedih. Dalam dendangnya, mereka meminta Batu Kuyung untuk membawa mereka terbang tinggi jauh dari orang bau tanah mereka.
Batu Kuyung Bertambah Tinggi
Ajaib, setelah berhenti mendendangkan lagu, Batu Kuyung tersebut mendadak bertambah tinggi. Dimun & Meterei merasa heran melihat bencana tersebut. Mereka kemudian kembali berdendang, meminta Batu Kuyung membawa mereka terbang tinggi. Sesudah berhenti berdendang, Batu Kuyung tersebut kembali bertambah tinggi dan begitu seterusnya. Kedua anak badung itu merasa sangat bahagia alasannya yaitu Batu Kuyung sudah lebih tinggi dari semua pepohonan di dusun Tanjung Meranti. Mereka sangat bahagia alasannya yaitu bis,a memandang tempat sangat luas dari ketinggian. Rasa lapar mereka perlahan menghilang. Mereka berdua terus berdendang alasannya yaitu ingin pergi ke tempat lebih tinggi.
Sementara itu kedua orang bau tanah mereka sudah selesai bekerja. Mereka juga sudah selesai memasak masakan untuk anak-anak. Mereka tersadar bahwa Dimun & Meterei tidak ada di dalam rumah. Mereka memanggil-manggil anak mereka untuk pulang dan makan. “Dimun! Meterei! Dimana kalian? Ayo pulang kita makan bersama.” kata ibu mereka. Tapi tidak ada tanggapan dari kedua anak mereka.
Mereka kemudian segera pergi keluar untuk mencari anak mereka. Betapa terkejutnya mereka mendapati Batu Kuyung di kebun sudah berkembang menjadi sangat tinggi. Sayup-sayup terdengar bunyi kedua anak mereka di atas Batu Kuyung tersebut. “Dimun! Meterei! Turunlah! Ayo pulang kita makan bersama!” keduanya berteriak meminta anak-anaknya turun. Mereka berdua merasa sangat khawatir. Mereka menyesal alasannya yaitu sudah menyia-nyiakan anak mereka.
Batu Kuyung Roboh
Ayah Dimun & Meterei kemudian mengambil kapak di dalam rumah kemudian berbisnis menebang Batu Kuyung namun gagal.
Namun Dimun & Meterei tidak memperdulikan panggilan kedua orang tuanya. Mereka terus berdendang tanpa henti. Akibatnya Batu Kuyung terus bertambah tinggi. Sampai karenanya Batu Kuyung mencapai langit. Begitu menyentuh langit, Dimun & Meterei menghilang tanpa bekas. Sesudah kedua anak tersebut menghilang, Batu Kuyung tersebut roboh menjadikan bunyi sangat keras. Batu Kuyung tinggi tersebut roboh menimpa rumah Dimun & Meterei sampai hancur. Kedua orang bau tanah mereka pun tertimpa Batu Kuyung tersebut sampai keduanya tewas seketika.
Referensi:
- Prahana, Naim Emel. 1988. Dari Bengkulu 2, Jakarta: Grasindo
- Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
- Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Jika anda menyukai kisah rakyat ini, silahkan bagikan melalui e-mail, media umum atau melalui situs web lainnya. Jangan lupa untuk menyertakan link balik ke caritasato.blogspot.com. Silahkan baca juga cerita rakyat Bengkulu lainnya:
- Ular Ndaung Dan Si Bungsu
- Ular Kepala Tujuh
- Keramat Riak
- Asal Usul Pagar Dewa
- Bunda Sejati
- Putri Gading Cempaka
- Batu Amparan Gading
- Batu Kuyung
- Bujang Awang Tabuang
- Asal Mula Nama Bengkulu
- Putri Serindang Bulan